JAKARTA – Smelter Baru PT Freeport Indonesia (PTFI) Gresik Jawa Timur yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di perkirakan mengantongi pendapatan mencapai US$5,4 miliar atau setara Rp76,77 triliun (kurs Rp14.217 per dolar AS).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim kapasitas ini merupakan yang terbesar di dunia yang mencapai kapasitas pengolahan hingga 1,7 juta ton konsentrat.

Baca Juga :Menkumham Yasonna: Mari Berperan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Airlangga mencatat harga tembaga tengah naik ke kisaran US$9.400 per ton, sehingga potensi pendapatan dari penjualan hasil smelter setidaknya bisa mencapai US$5,4 miliar atau Rp76,77 triliun.
Aktivitas di smelter baru Freeport bisa menghasilkan sekitar 600 ribu ton katoda tembaga.

Bila Freeport mengolah emas dan menghasilkan produksi sekitar 35 ton saja dengan harga emas US$.1700 per troy ons, maka bisa menghasilkan ‘cuan’ sekitar US$1,8 miliar atau Rp25,59 triliun. Potensi pendapatan Freeport masih bisa bertambah bila perusahaan turut memproses komoditas lain di smelternya.

Pendapatan akan mencapai US$2,7 miliar atau Rp38,38 triliun, apabila produksi bisa mencapai 50 ton.

Airlangga mengatakan, hal tersebut merupakan sejarah baru karena proses produksinya berada di Gresik hal itu juga akan meningkatkan perekonomian di Indonesia.

“Jadi bayangkan selama 40 tahun, US$2 miliar itu rata-rata dinikmati negara lain, apakah 70 persen ke Spanyol maupun ke Jepang, jadi hari ini menjadi bersejarah karena ini seluruhnya akan diproduksi di Gresik,” katanya.

Lanjutnya, keuntungan yang di dapat kan lebih besar terutama ke perpajakan.
“Economic benefitnya sangat besar, terutama nanti kepada perpajakan,” imbuhnya.

Ia mengharapakan semua mentri bisa saling medukung seperti Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Menteri BUMN Erick Thohir bisa memberikan dukungan penyediaan infrastruktur dan energi di KEK Gresik yang menjadi lokasi smelter Freeport.