POSO – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, kali ini dilaksanakan secara virtual di Poso, Sulawesi Tengah pada 26 Oktober 2021. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Jangan Asal Komentar, Kikis Ujaran Kebencian”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari dosen Universitas Telkom dan Japelidi, Clara Novita Anggraini; Edupreneur dan Social Media Enthusiast, Gunawan Primasatya; jurnalis, Finda Morina Muhtar; serta dosen UIN Alauddin, Nasrum. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Linda Setiawati. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta. Pada program kali ini diikuti oleh 649 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Beranjak ke sesi materi, Clara sebagai narasumber pertama hadir membawakan materi kecakapan digital bertema “Digital Literacy Skill”. Menurut dia, penguasaan keterampilan literasi digital mencakup aspek teknologi dan informasi digital yang mendukung kemampuan kita dalam mengakses serta menganalisis informasi. “Jadikan media digital sebagai sarana untuk meraih kesuksesan dan kebermanfaatan bagi diri pribadi maupun masyarakat umum,” tuturnya.

Berikutnya, Gunawan menyampaikan materi etika digital berjudul “Etis Bermedia Sosial”. Ia mengatakan, kebebasan berekspresi di internet harus dibarengi tanggung jawab akan dampak yang mungkin timbul dari aktivitas digital kita. “Hindari ujaran kebencian, perundungan siber, dan penyalahgunaan internet agar tak merugikan diri sendiri dan orang lain,” paparnya.

Sebagai pemateri ketiga, Finda membawakan tema budaya digital tentang “Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar di Dunia Digital, Tanpa Ujaran Kebencian”. Menurut dia, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara pemilik bahasa terbanyak di dunia. Setidaknya 710 bahasa tersebar di berbagai suku seantero Nusantara. Karenanya, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan sebagai bahasa pemersatu, menghindari perbedaan makna, sekaligus sebagai identitas nasional. “Ketelitian dan kesesuaian pemilihan kata juga diperlukan dalam penggunaan bahasa untuk menghindari kesalahan penafsiran maupun ujaran kebencian yang bisa berujung jeratan hukum,” jelasnya.

Adapun Nasrum, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, dunia maya beroperasi secara virtual, berubah dengan cepat, tanpa batas teritori, dan informasi di dalamnya bersifat publik. Aktivitas di dalamnya terekam sebagai jejak digital yang tersimpan permanen dan dapat berdampak bagi penggunanya di kemudian hari. “Jaga kerahasiaan detail informasi data pribadi yang meliputi identitas lengkap, data biologis, keuangan, kesehatan, hingga catatan kriminal agar tak disalahgunakan pihak tak bertanggung jawab dan terhindar dari kejahatan siber,” pesannya.

Acara berikutnya adalah sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Sesi ini disambut dengan beragam pertanyaan dari para peserta. Dalam webinar di Poso tersebut, panitia memberikan hadiah uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik peserta diantaranya tentang bagaimana tips cakap di dunia digital agar kita mampu memaksimalkan efek positif berinternet. Narasumber mengimbau untuk menerapkan empati saat berbagi di media sosial dengan mempertimbangkan kemampuan analisis dan verifikasi orang lain yang menerima sebaran informasi dari kita.