LUWU UTARA – Upaya penanganan recovery pasca banjir di Luwu Utara masih dan akan terus berlanjut. Untuk jangka panjang, pembangunan Sabo Dam menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut sebab secara teknis sabo mempunyai fungsi menjaga erosi permukaan tanah, menstabilkan dasar dan tebing sungai, mengurangi kecepatan banjir serta menampung aliran sedimen.

Kepala Balai Tekni Sabo Direktorat Jenderal SDA Kementerian PUPR, Yunitta Chandra Sari menuturkan penanganan pasca banjir dilakukan secara komprehensif yakni secara teknis dan no teknis, juga darurat dan permanen.

“Sekitar 7 hari setelah kejadian kami mengidentifikasi dan memetakan masalah, membawa berbagai peralatan juga berdiskusi dengan semua pihak termasuk ibu bupati terkait penentuan letak, jenis, dan berapa banyak sabo dam yang akan kita bangun,

” kata Chandra saat menjadi Narasumber Webinar MASAMBA (Masalah, Solusi, dan Eksekusi) yang digelar Ditjen SDA PUPR, Jumat (20/8) yang juga diikuti Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani via virtual zoom dari ruang kerjanya.

Lebih detail, Chandra menyebut untuk Sungai Masamba akan dibangun 7 sabodam dengan model 4 konvensional dan 3 modular.

“Dari 7 sabo, 2 tipe terbuka dan 5 tertutup dengan asumsi 25% material pasir masih terbawa hingga ke hilir. Sementara untuk Sungai Radda direncanakan 3 sabo dam (2 konvensional dan 1 modular) dengan tipe semua tertutup karena kondisi palung sungai cukup terjal dan tebing-tebingnya sehingga kita optimalkan jumlah sedimen yang tertinggal di atas. Kenapa kita pakai konvensional dan modular karena lebih tinggi kekuatannya dan cepat pelaksanaannya hanya 3-5 bulan. Untuk pembangunannya, kami juga membagi berdasarkan skala prioritas, jangka pendek dan panjang, yakni 3 tahun dan 5 tahun,” jelas Chandra.