Jakarta – Dari berbagai produsen dalam program imunisasinya, beberapa negara dikabarkan mulai mencampur dosis vaksin COVID-19. Ada yang alasan kekurangan suplai dan melakukannya karena ingin meningkatkan efektivitas.

Baca Juga: 4.713 Narapidana di Sulsel Telah Divaksin Covid-19

Ahli penyakit infeksi dari WHO, Katherine O’Brien, mengatakan bahwa saat ini ada 17 jenis vaksin COVID-19 yang banyak digunakan di dunia. Sebagian besar belum memiliki data cukup terkait efikasinya bila saling dicampur.

Katherine menjelaskan memang ada bukti pemberian dosis vaksin AstraZeneca, kemudian Pfizer atau Moderna untuk dosis berikutnya, dapat memberikan respons antibodi yang kuat.

“Yang kita tahu adalah Anda akan mendapat respons lebih baik bila dimulai dengan AstraZeneca kemudian vaksin mRNA. Tapi sebaliknya juga tidak ada masalah,” ungkapnya dikutip dari laman detikhealth, Senin (20/9/2021).

Efek samping yang ditimbulkan ketika mencampur-campur jenis vaksin bisa sama seperti pada pemberian vaksin COVID-19 pada umumnya. Reaksi ringan, seperti nyeri dan demam, umum terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya.

“Selain vaksin itu, kami masih belum memiliki bukti untuk campuran vaksin lain. Studi masih dilanjutkan dan kami menunggu hasil,” lanjutnya.