Kita ke Lapangan Hijau Makassar
Nah, ini rada rumit, njilimet. Bukankah Kota Daeng ini memiliki rumpun hijau yang melahirkan pesepakbola kesohor, Malang melintang dari klub ke klub, baik sebagai pemain maupun pelatih.
Akan tetapi, kota para daeng ini belum memiliki kembali Stadion? Sehingga tak pantas dan layak untuk perhelatan Liga 1 PSSI berstandar AFC. Toh jika Makassar atau Sulsel telah masuk kategori zona orange, hijau atau aman maka tetap saja suporter dan pecinta bola gigit jari. Mereka harus menyaksikan laga klub kesayangan mereka PSM Makassar, bertanding melalui layar televisi.

Kapankah kita bisa hadir di stadion? jika tak ada aral yang melintang maka kita baru bisa berkumpul di stadion menyaksikan PSM dan klub lain berlaga, nanti pada tahun 2024. (Paling cepat).
Hal itu dapat terjadi jika: Kebut membangun renovasi Stadion Mattoanging. Atau Pemprov melirik kembali Stadion Barombong untuk segera difungsikan.

Melirik stadion Barombong?
Yah, saya rasa tak ada salahnya bagi Pemprov Sulawesi Selatan, Pemkot Makassar, mungkin bisa bekerjasama dengan Bosowa selaku pemilik PSM Makassar untuk mencoba mencari celah agar stadion yang tepat berada di bibir pantai Barombong itu dapat difungsikan kembali. Premis sederhana bagi saya. Jika bangunannya menyalahi standar teknis pembangunan stadion? mengapa tak diluruskan? Memanggil konsultan stadion untuk membenahi bagian mana yang tidak memenuhi standar.

Membaca pemberitaan pada tahun 2019, Gubenur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah terkesan tarik ulur untuk melanjutkan stadion barombong. Acapkali ia menyebut, tak melanjutkan sebab tiga hal. Audit forensik, hak alas hingga bakalan terjadi kemacetan jika pertandingan sepak bola sedang berlangsung. Alih alih mencari solusi dari ketiga alasan di atas, Nurdin malah meruntuhkan Stadion Mattoanging tanpa menyisakan corak stadion tertua di tanah air itu. Nurdin kini dalam pesakitan. Ia meninggalkan jejak yang tak akan dilupakan oleh dunia sepak bola di Makassar.