PYONGYANGPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan jika Program Rudal Korea Utara berkembang pesat dalam setahun terakhir karena sebagian pemasukannya berasal dari hasil mata uang kripto curian.

Dilansir dari Reuters, laporan yang bersifat rahasia tersebut dibuat untuk Dewan Keamanan PBB melalui sebuah komite yang bertugas memantau dampak sanksi badan suprasional terhadap ekonomi Korea Utara.

Baca Juga: 2 Alasan Korea Utara Lakukan Uji Coba Peluncuran Rudal Balistik

Perlu diketahui, jika Korea Utara menerima sanksi dari PBB sejak tahun 2006, sebagai tanggapan atas pengumuman mereka telah memiliki senjata dengan bahan dasar nuklir. Seiring berjalannya waktu, sanksi tersebut terus meningkat karena negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut terus berupaya memajukan program rudal nuklir dan balistiknya.

Negera komunis tersebut telah menerima sanksi dari PBB pada sektor industri ekspor, termasuk tekstil, perikanan, bahan baku seperti besi, batu bara, dan timah, serta sejumlah produk energi olahan.

Dalam laporan terbaru, komite khusus yang ditugaskan untuk memantau dampak sanksi internasional terhadap Korea Utara oleh PBB menjelaskan, bahwa sanksi itu tidak sepenuhnya dapat menghalangi Korea Utara dalam mengembangkan program rudal dan balistiknya. Itu dilihat dari percepatan program yang mereka miliki dalam tahun 2021 lalu.

Menurut Reuters, bahwa Korea Utara telah mampu menunjukkan peningkatan kemampuan umtuk penyebaran yang cepat, mobilitas yang luas (termasuk di laut, dan peningkatan ketahanan pasukan misilnya.

Kemampuan tersebut sebagian besar berasal dari pendanaan yang diperoleh lewat serangan siber, yakni pada aset cryptocurrency yang hingga saat ini menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi pemerintah Korea Utara.

Peretas Korea Utara melakukan serangan siber tersebut ke sejumlah lembaga keuangan, perusahaan cryptocurrency, dan bursa yang menjadi target utama mereka.