MAKASSAR – Direktur Profetik Institute, Muh Asratillah Senge angkat bicara pasca rilis survei dari PolMark Indonesia belum lama ini. Menurut Asratillah pentingkah bagi demokrasi saat ini merilis hasil survei elektabilitas.

Baca Juga : Peringati Isra Miraj, Fadli Ananda Ingatkan Pentingnya Makmurkan Masjid

Dalam tulisannya yang beredar di berbagai WhasApp grup Ia menerangan, secara metodologis, tidak diketahui apakah wawancara itu berasal dari tiga daerah pemiliihan. Terlebih dengan jumlah responden yang berbeda dilakukan pada waktu sama atau berbeda.

“Lalu apakah persentase yang ada pada gambar beredar, didapatkan dari pertanyaan terbuka (Top Of Mind) atau pertanyaan tertutup, karena posisi nomor urut nama yang ditanyakan dalam sebuah kuesioner sedikit banyaknya mempengaruhi pilihan responden,” tulisnya

Belum lagi politik, nama-nama dalam tabel di gambar belum semuanya mendeklarasikan diri, secara terang-terangan sebagai Kandidat untuk Calon Gubernur Sulsel kepada khlayak luas.

Kendati, mendeklarasikan diri sebagai Cagub dalam ruang-ruang politik terbatas. Apalagi selama ini, masih minim nama-nama yang ada di foto melakukan kerja-kerja sistematis dalam rangka pemenangan pemilihan Gubernur 2024.

Lebih lanjut, Asratillah menjelaskan, Pilkada 2024 masih berselang dua tahun lebih. Belum lagi beberapa elit politik saat ini menjabat menjadi pimpinan Parpol (Partai Politik), dan masih sibuk mengurusi infrastruktur Parpol jelang verifikasi peserta Pemilu.

“Begitu pula dengan elit politik yang menjabat sebagai kepala daerah, masih sibuk merampungkan janji-janji politik dalam sisa masa jabatannya,” bebernya.

Dengan kata lain, hasil survei pilkada tidak bisa menjadi acuan kokoh siapa yang akan menjadi Gubernur pada 2024. Apalagi jika kita memasukkan variabel-variabel dalam konstelasi politik negara pasca Pileg dan pemilihan presiden.

“Menyibukkan publik dengan rilis survei elektabilitas bagi saya sesuatu yang tidak begitu berkontribusi dalam pendewasaan demokrasi kita. Yang jauh lebih penting bagi saya adalah mengulas visi tentang Sulsel di masa depan, dari para elit yang berniat maju sebagai catgub,” ujarnya.

Paling tidak, ini menjadi pembelajaran politik bagi rakyat, dan melengkapi referensi politik rakyat dan sehingga preferensi politik grassroots tidak hanya sekedar emosional, transaksional yang pragmatik, tetapi kuat dalam nalar dan rasionalitas.

Sebelumnya, Direktur Riset PolMark Indonesia, Eko Bambang mengatakan data tersebut adalah data internal yang digunakan untuk pembekalan kader PPP.

“Itu data untuk materi workshop mas, bukan materi survei,” jawabnya, dilansir Detik.com.

Dikatakannya, PolMark saat ini dipercaya sebagai konsultan untuk PPP, sehingga pihaknya kemudian mengadakan workshop dan pelatihan kader-kader PPP. Termasuk saat ini Makassar menjadi lokasi pelaksanaan workshop.

Ia juga membeberkan bahwa data tersebut tidak dipublish dan bukan pulsa survei Pilgub.

“Itu data tidak publish, mas. Selain itu, bukan data survei pilgub mas, penjelasan metodologinya juga tidak ada kan,” bebernya.