BONE -Harga minyak goreng di beberapa kios dan  di pasar tradisional Macanang, tepatnya di Keluruhan Watang Palakka, Kecamatan Tanate Riattang Barat , Kabupaten Bone, semakin parah dan tembus diharga Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per liter.

Baca Juga : Harga Minyak Goreng di Kendari Tembus Rp 70 Ribu per Liter, Ini Kata Konsumen

Para pemburu minyak goreng, khususnya para ibu-ibu di Bone, semakin gencar mencari minyak goreng hingga tengah malam akibat hituk pikuk kenaikan harga minyak oleh para pedagang di beberapa kios da pedagang di Pasar Tradisonal Bone .

Informasi yang dihimpun Rakyat .News pekan ini, di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bone,  harga Minyak Goreng di kios tertentu jauh dari harga normal, dan mengalami kenaikan hingga Rp 40 ribu per liter.

Hal ini diakui Marwah (47), warga Desa Pattiro Sompe, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, yang terpaksa menempuh ke kota Watampone, hanya untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga yang normal .

“Mau tidak mau pak kami harus naik ke Bone untuk mencari minyak yang agak murah karena di kampung saat ini harga minyak per liternya sudah dijual Rp 40 ribu,” jelasnya, Selasa (15/3/2022).

Marwah tidak memungkiri bahwa harga yang ditaksir secara sepihak oleh penjual adalah wajar mengingat saat ini sulitnya mendapatkan minyak disaat ini .

“Wajar jika beberapa pedagang menaikkan harganya pak karena saya juga baru merasakan bagaimana susahnya antri hingga berjam-jam untuk dapatkan minyak satu liter hingga dua liter,” tuturnya.

Sementara itu, beberapa ibu-ibu sudah pasrah dan terpaksa membeli minyak goreng dengan harga jauh di atas harga normal. Dalam penuturan Nurlela, warga Kelurahan Macege, menjelaskan bahwa harus pasrah dan terpaksa membeli minyak goreng di atas harga Rp 14 ribu hingga Rp 24 ribu per liter karena tidak mampu lagi mengantri, di mana semakin banyak orang mencari minyak setiap hari.

“Maumi diapai pak, terpaksami harus kita beli minyak goreng dengan harga mahal, karena memang susah didapatkan minyak saat ini ” tuturnya.

Hal senada juga dikatakan ,Suri, warga Majang yang mengakui sudah tidak kuat lagi menunggu minyak yang semakin hari masyarakat semakin membludak untuk mendapatkan minyak goreng.

”Untuk persiapan memasuki bulan suci ramadhan ini, kami sekeluarga terpaksa harus membeli stok minyak di kios-kios yang harganya dua kali lipat dari harga normalnya pak, daripada harus ikut antri yang belum pasti kami dapat” ungkapnya.

Pantauan Rakyat News, Selasa lalu di beberapa tempat, baik di kios-kios maupun beberapa penjual sembako di pasar tradisional Watang Palakka, mengakui jika harga sepihak yang dijual pedagang minyak didasarkan pada kesulitan mendapatkan jatah minyak goreng untuk pedagang di pasarpun dibatasi sampai 50% dari jatah sebelumnya .

Seperti diketahui, Ati, salah satu pemilik kios di Keluruhan Macege, mengakui harga minyak goreng yang dijualnya lebih tinggi dari harga normal karena harga belinya juga sudah diatas harga normal

“Namanya penjual kami juga mau untung, jadi wajar jika harganya kami naikkan selain karena susah untuk mendapatkannya terkadang kamipun membelinya dari harga Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu perliter nya dan kami biasanya menjualnya lagi dengan harga diatasnya lagi pak” ungkapnya.

Daeng Parani, salah satu pedagang  di Pasar Sentral Watang Palakka, mengatakan kelangkaan minyak susah jatah penjualan, yang biasanya diberikan melalui mobil kampas atau distributor minyak juga dibatasi hingga 50 persen yang biasanya dapatkan hingga 20-30 dos, kini hanya dijatahkan hanya 10-15 per pekannya .

“Dalam satu bulan terakhir ini memang kami dibatasi pengambilan untuk penjualan minyaknya dan itupun kami harus jauh-jauh hari memesan minyak baru bisa terpenuhi ” jelasnya .

Sementara itu, pihak Dinas Perdagangan Kabupaten Bone, beserta Kadin Bone menjelang Hari Jadi Bone akan mengadakan pasar murah terkait dengan kelangkaan minyak goreng di Bone saat ini, dan diperikarakan akan berlangsung selama tiga hari yang dijadwalkan mulai pada tanggal 21 sampai 23 Maret mendatang.