Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan produksi padi pada periode Januari hingga April 2022 mendatang diperkirakan akan naik hingga 7,7% atau setara 14,63 juta ton bila dibandingkan periode yang sama pada 2021 lalu sebesar 13,58 juta ton.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, semua perhitungan tersebut dilakukan melalui metode Kerangka Sample Area (KSA), dimana pengamatannya sudah memakai teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG). Kenaikan produksi padi tidak bisa dilepaskan dari kenaikan potensi luas panen. Pada Januari – April 2022, luas panen berpotensi mencapai 4,81 juta hektare.

“Angka tersebut kami hitung berdasarkan metode KSA. Hasilnya potensi luas panen kita mencapai 4,81 juta hektar atau naik 0,38 juta hektare dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara persentase ini kenaikannya mencapai 8,58 persen,” ujar Setianto, Selasa (01/03/2022).

Sementara itu, BPS turut mencatat produksi beras pada Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dari produksi di tahun sebelumnya yang mencapai 31,5 juta ton. Namun menurut Setianto, penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya bencana alam dan kekeringan yang cukup panjang.

“Antara lain terjadi kemarau yang lebih tinggi pada bulan Agustus dan September 2021, juga karena bencana atau musibah banjir di awal tahun serta adanya erupsi gunung Semeru dan serangan hama di beberapa tempat,” katanya.

Berikutnya, kata Setianto, penurunan selama 2021 juga disebabkan peralihan tanaman padi ke tanaman lain yang terjadi selama Agustus dan September 2021, di mana banyak petani memanfaatkan lahan kering sebagai tempat berkebun.

“Karena kemarau mereka lalu beralih karena terjadi kekurangan air. Kekeringan memang berdampak luas terhadap panen padi yang jauh lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya,” katanya.