MAKASSAR – Pada April 2022, Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat laju inflasi tahunan sebesar 3,38% (yoy), dalam sasaran inflasi nasional tahun 2022 yaitu 3,0±1%. Secara bulanan, Sulsel mencatatkan inflasi sebesar 1,21% (mtm) dan bulan lalu sebesar 0,54% (mtm). Sementara itu, laju inflasi secara tahun kalender, sebesar 2,29% (ytd).

Baca Juga : Peduli Sesama, Kapolsek Tompobulu Berikan Bantuan Kepada Korban Kebakaran

Secara spasial, dari lima kota IHK di Sulsel (Bulukumba, Makassar, Palopo, Pare-pare, dan Watampone), inflasi bulanan tertinggi dialami oleh Makassar sebesar 1,27% (mtm), sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Bulukumba yaitu sebesar 0,62% (mtm).

Inflasi bulanan di Sulsel terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau; Transportasi; dan penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 2,80%; 2,37%; dan 0,65% (mtm). Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki kontribusi sebesar 0,84%, terutama disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng, daging ayam ras, kue kering berminyak, tomat, dan udang basah. Di sisi lain, inflasi kelompok makanan yang lebih tinggi tertahan oleh turunnya harga cabai rawit, ikan teri, beras, bawang merah, dan pisang.

Meningkatnya tekanan inflasi di Sulsel yang pada bulan April 2022 juga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Secara umum harga beberapa komoditas pangan strategis mengalami kenaikan, namun laju inflasi di Sulsel masih tetap terkendali. Kondisi inilah yang menjadi perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel untuk memastikan stabilitas harga-harga komoditas, khususnya bahan pangan strategis, melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) dan penguatan kerjasama perdagangan antar daerah.

Pemulihan ekonomi yang masih berlangsung di tingkat nasional dan daerah, diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap tekanan inflasi Sulsel. Risiko tekanan harga yang berasal dari imported inflation, akibat terganggunya supply chain global akibat kondisi geopolitik di wilayah Eropa, juga perlu diwaspadai. Di tengah dinamika perekonomian global dan nasional, Bank Indonesia bersama dengan TPID di wilayah Sulsel akan terus bersinergi dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.