JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebutkan bahwa koalisi yang digagas oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP belum memilki tujuan yang jelas dan menganggap hanya bermaksud untuk menyelamatkan diri pada Pilpres 2024 karena melihat dari sisi elektabilitas yang makin menurun, Senin (16/5/2022).

 

Baca Juga : Promosikan Tenaga Perkaderan, BPL HMI Makassar Gelar Coaching Instruktur Tingkat Nasional

Asal usul koalisi tersebut sebelumnya telah diduga oleh Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily yang menjelaskan bahwa jika dilihat sepintas, lambang koalisi tersebut berasal dari tiga partai yang telah disebutkan tadi dan terbentuk setelah masing-masing dari ketua umum partai lakukan pertemuan di Menteng, Jakarta pada Kamis (12/5).

Pembentukan koalisi itu disepakati setelah bersatu berdasarkan visi partai dan pengalaman politik yang dimiliki masing-masing pimpinan partai dan telah memenuhi syarat ambang batas oencalonan presiden atau presidential threshold berdasarkan aturan Pasal 222 UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017

Hendri mengatakan,diduga ada peran istana dalam pembentukan koalisi tersebut karena ketiganya merupakan partai koalisi pemerintah.

“Ada sebuah pertanyaan besar, apakah ada arahan dari Istana? Karena tiga-tiganya parpol koalisi pemerintah. Nah, apakah itu untuk menyelamatkan tokoh kemudian parpol. Dan itu tadi pertanyaan terbesar ini ada arahan Istana atau tidak,” jelasnya dilansir dari CNN Indonesia.

Kemudian hal tersebut ditanggapi oleh Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno dengan memastikan tidak adanya intervensi dari pihak manapun terlebih lagi dari pihak istana.

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menduga akan adanya goncangan koalisi tersebut karena tidak memiliki tokoh yang potensial menjadi calon Presiden dan hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk koalisi itu.