SULSEL – Kedatuan Luwu adalah salah satu kerajaan tertua yang ada di Sulawesi Selatan, yang dimana dari sumber sejarah, tinjauan kebahasaan, dan Epos Lagaligo sebuah karya sastra terpanjang di Seantero dunia ini, diketahui bahwa peradaban Luwu muncul antara 3.000 hingga 2.000 tahun silam.

 

Merujuk dari kitab Lagaligo awal periodesasi kepemimpin Kedatuan Luwu, dipimpin oleh seorang Tumanurung (Orang yang turun dari tempat yang tinggi dalam pengertian turun dari langit) yang bernama Batara Guru.

 

Diturunkannya Batara Guru dari Boting Langi (kerajaan di atas langit) dikarenakan pada masa itu terjadi sebuah kekosongan kepemimpinan sehingga orang-orang pada masa itu tidak memiliki aturan sama sekali, orang yang lemah akan ditindas oleh orang yang kuat, masa ini dikenal dengan _istilah sianre bale ni tau e_

 

Walaupun kitab Lagaligo tidak dapat diterima sepenuhnya sebagai teks sejarah dikarenakan dipenuhi dengan mitos namun sampai saat ini masih banyak masyarakat di jazirah Tana Luwu mempercayai akan hal itu.

 

Periodesasi Islamisasi di Tana Luwu dibawa oleh Datuk Sulaiman/Datuk Pattimang dari salah satu tiga ulama asal Minangkabau, atas permintaan Kesultanan Johor dan Aceh agar menyiarkan ajaran-ajaran agama Islam di Sulawesi Selatan.

 

Kedatuan Luwu kerajaan awal yang memeluk ajaran agama Islam di Sulawesi Selatan yang pada masa itu dipimpin oleh Datu La Patiware Daeng Parebung dengan gelar Petta Matinroe’ ri Malangke kemudian digelari Sultan Muhammad Wali Muzhir, setelah proses pengislamisasiannya.

 

Proses penyebaran pengislamisasian yang dilakukan Datuk Sulaiman berbeda dengan konsep penyiaran Islam pada umumnya, dikarenakan ia memahami kondisi sosial masyarakat Luwu yang dimana pada masa itu pemahamannya masih menganut sistem kepercayaan Dewata Seuwae. Dengan metode pendekatan yang berbeda sehingga masyarakat Luwu banyak tertarik dan menerima ajaran-ajaran agama Islam.