Jakarta – Prospek ekonomi global suram secara signifikan dan dapat memburuk lebih lanjut. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada Rabu, 13 Juli 2022 mengutip perang Rusia di Ukraina dan inflasi yang cepat mengancam kelaparan dan kemiskinan yang meluas.

Peringatan itu datang hanya beberapa bulan setelah IMF memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk 2022 dan 2023. Perang Ukraina melanda ketika dunia sedang berjuang untuk pulih dari dampak berkelanjutan pandemi covid-19.

Hal tersebut menyebabkan percepatan inflasi yang membahayakan keuntungan dalam dua tahun terakhir. Pemberi pinjaman krisis internasional itu memproyeksikan penurunan lebih lanjut ke pertumbuhan global pada 2022 dan 2023.

Kristalina Georgieva menulisnya dalam posting blog yang diterbitkan menjelang pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada Jumat, 15 Juli 2022 dan Sabtu, 16 Juli 2022 di Bali.

“Ini akan menjadi 2022 yang sulit dan mungkin 2023 yang lebih sulit dengan peningkatan risiko resesi,” tulisnya dilansir Mediaindonesia.com, Kamis, 14 Juli 2022.

IMF akan merilis Outlook Ekonomi Dunia yang diperbarui akhir bulan ini, menurut Georgieva, akan lebih menurunkan perkiraan pertumbuhan global dari perkiraan April sebesar 3,6 persen.

“Kami memperingatkan ini bisa menjadi lebih buruk mengingat potensi risiko penurunan. Sejak itu, beberapa dari risiko itu telah terwujud dan berbagai krisis yang dihadapi dunia semakin meningkat,” katanya.

Prospeknya tetap sangat tidak pasti. Georgieva memperingatkan yang termiskin akan terkena dampak paling parah. Risiko ketidakstabilan sosial juga meningkat akibat kenaikan harga pangan dan energi.

Setelah satu dekade inflasi rendah, harga di seluruh dunia melonjak di tengah kuatnya permintaan barang yang melampaui pasokan karena ekonomi mulai kembali normal. Namun, invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari dan sanksi yang dijatuhkan kepada Moskow mendorong harga bahan bakar dan makanan naik tajam.