JAKARTA – Kronologi penemuan beras bantuan sosial yang ditemukan terkubur pada wilayah Kampung Serab, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat diungkap oleh kuasa hukum PT Tiki Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE), Hotman Paris Hutapea yang mengatakan bahwa terdapat 4 ton beras bansos terkubur dari total beras yang diterima JNE dari Bulog adalah 6.199 ton.

Baca Juga : Kuburan Bansos di Depok, Berikut 4 Faktanya

Ia juga menjelaskan alasan mengapa beras tersebut dikubur.

“Kenapa dikuburkan? Untuk mencegah beras disalahgunakan karena sudah busuk. Takutnya menimbulkan masalah, apalagi ada stempel banpres (bantuan presiden),” tuturnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Hotman menyebutkan bahwa JNE telah mengganti beras yang rusak dan sudah menyalurkannya ke masyarakat di 11 kecamatan di Depok, karena JNE hanya bertugas mendistribusikan bantuan beras di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, Hotman mengatakan tidak ada tindakan melanggar hukum yang dilakukan JNE. “Beras yang dikubur tersebut adalah milik JNE, beras yang sudah rusak. Sedangkan beras penggantinya sudah dibeli oleh JNE dengan cara honor JNE dipotong,” kata Hotman.

Hotman mengatakan honor JNE yang dipotong akibat mengganti 3,4 ton beras tersebut sebesar Rp37 juta. JNE sendiri ditugaskan oleh perusahaan StoreSend eLogistic Indonesia (SSI) yang merupakan mitra Kementerian Sosial (Kemensos) dalam menyalurkan bansos.

Dilain sisi, Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Auliansyah Lubis mengatakan bahwa pihaknya menghentikan penyelidikan temuan beras bansos Presiden dikubur di Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Polisi tidak menemukan ada unsur tindak pidana.

“Proses penyelidikan kita hentikan,” ujarnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan mengungkapkan penghentian penyelidikan itu berdasarkan pemeriksaan terhadap sejumlah pihak, mulai dari Kementerian Sosial (Kemensos), Bulog, hingga JNE.