INGGRIS – Ekonomi Inggris memasuki jurang resesi akibat biaya hidup yang meningkat tajam dan memberikan tekanan keuangan terhadap masyarakat di negara tersebut. Negara ini kini juga disebut sedang menuju periode stagflasi.

“Ekonomi Inggris sedang menuju ke periode stagflasi dengan inflasi tinggi dan resesi memukul ekonomi secara bersamaan,” kata Stephen Millard, wakil direktur makroekonomi NIESR.

Dalam riset yang dilakukan National Institute of Economic and Social Research, ditemukan bahwa rata-rata pendapatan nyata yang dapat dibelanjakan masyarakat Inggris akan turun 2,5% pada tahun ini, kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Belanja rumah tangga juga diperkirakan akan berada 7% di bawah tingkat belanja sebelum Covid-19 hingga 2026.

Riset tersebut menyebutkan rumah tangga yang hidup dari gaji ke gaji akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 7 juta pada 2024. Ini termasuk 5,3 juta rumah tangga yang diperkirakan tak akan memiliki tabungan sama sekali. Mereka terpaksa berutang atau menunggak karena tagihan energi yang melonjak menghabiskan pendapatan mereka.

Peringatan resesi, yang menurut NIESR dimulai pada kuartal ini dan akan berlanjut hingga awal 2023, adalah pengingat nyata dari tantangan perdana menteri baru yang akan dipilih untuk menggantikan Boris Johnson. Para ekonom mengatakan kedalaman krisis akan memaksa pemerintah untuk merespons, menyarankan tujuan yang ditetapkan dan diperlukan alih-alih pendekatan manajemen keuangan yang sudah dilakukan di masa lalu.

Baca Juga : WHO Konfirmasi 6 Kasus Cacar Monyet di Inggris