JAKARTA – Gara-gara laporan 911 Sheila Salsabila, Marshanda terpaksa masuk rumah sakit jiwa (RSJ) di Los Angeles. Marshanda mengungkapkan bahwa kejadian ini membuat perjalanannya ke Amerika Serikat hancur.

Baca Juga : Amson Padolo: Admin SP4N-LAPOR! Tidak Bisa Dianggap Hanya Hal Kecil

Marshanda menjelaskan, semua berawal ketika dia ingin pergi ke pantai bersama Sheila, salah satu temannya di Amerika Serikat, dia tidak bisa menghubunginya.  Saat itu, Marshanda memilih meninggalkan semua alat komunikasinya di penginapan.

Tak disangka ketika kembali dari pantai, Marshanda melihat ambulans dan 911 sudah menjemputnya. Saat itu dia diinterogasi dengan berbagai pernyataan untuk memastikan dia benar-benar baik.

“Pertama ambulans, kedua ada 911 yang ujung-ujungnya rumah sakit jiwa, mental health facility. Di ambulans sama 911 mereka tanya, ‘Are you oke? What’s your name? Sekarang lo di mana? Asal lo dari mana?’ Kayak memastikan gue waras dan sadar diri nggak. Disebutin di situ nama gue Adriani Marshanda. ‘Umur lo berapa? Dan pekerjaan lo apa? Lo sampai di LA berapa hari? Lo visitor atau orang tinggal di sini?’ Jawaban gue normal semua,” katanya, Jumat (5/8/2022), dikutip kanal YouTube miliknya.

“Gue bilang, kalau lo worry gue kenapa-kenapa lo lihat aja di iPhone ada fitur emergency atau help id. Lo lihat aja isinya help id gue isinya apa. Terus pada buka, isinya healing my breast tumor. Gue nggak menuliskan ada riwayat bipolar atau depresi. Tapi di bagian medication ada obat-obatan yang isinya kok obat penenang, obat untuk manik, obat depresi, obat untuk orang kayak bipolar. Nah itulah yang buat 911 bawa gue ke mental health facility,” jelasnya.

Marshanda ditahan di rumah sakit jiwa yang disebutnya kamp dari 27 Juni hingga 11 Juli 2022. Tidak ada yang bisa menemukannya.  Keluarganya juga hanya bisa menghubunginya dua kali saat ia terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa.

“Jadi semua rencana sampai ada 3 webinar yang di mana gue jadi pembicaranya semua di-cancel karena gue berada di rumah sakit jiwa tanpa gue mau,” katanya.

Selama 15 hari dipaksa tinggal di rumah sakit jiwa, Marshanda merasa tidak diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak.

“Gue selama di mental health facility, orang di penjara di-treat lebih baik dari pada orang di rumah sakit jiwa. Karena orang di penjara masih dianggap waras, orang di rumah sakit jiwa dianggap nggak waras,” katanya.

“Gue sempet teriak-teriak, gue bilang ‘Gue nolak minum obat ini karena gue mau menggunakan hak asasi manusia gue untuk melawan perintah kalian semua.’ Pas gue ngomong gitu, tangan gue dikebelakangin dan gue dijatuhin ke kasur karena gue dianggap overactive sampai gue disuntik karena gue dianggap agresif,” akunya.

Melihat hal tersebut, Marshanda akhirnya memilih untuk mendengarkan apapun yang terjadi di rumah sakit jiwa tersebut.  Dia juga merasa bahwa makanan yang dia makan bukanlah makanan sehat yang seharusnya dia makan.

Dimasukkan ke rumah sakit jiwa di Los Angeles, Marshanda mengunjungi dokter hanya sekali seminggu dan kurang dari 10 menit setiap kali. Dia merasakan rasa kemanusiaan ketika dia bergabung dengan sesi kelompok.

“Ada leader-nya baru di situ kita dianggap manusia. Pemerintah di sini, di Amerika nggak menghargai profesi kita sebagai nurse untuk mental instability, akhirnya gue ngerti kenapa kita di treat begitu,” katanya.

Ingin cepat keluar, Marshanda akhirnya memutuskan untuk mengikuti semua aturan.  Di sana Marshanda bertemu banyak teman baru.

“Gue jadi berteman sama mereka. Gue jadi dikenal paling nurut. Karena ini bukan pertama kalinya gue harus masuk ke mental health facility, pas gue cerai dan buka jilbab gue masuk di sana gue masih bisa ketemu keluarga. Di sini nggak ada satu orang pun yang jenguk. Gue bingung, nggak tahu harus gimana. Jadi gue mikir jalanin aja, semakin lo patuh lo makin cepat keluar dari sini,” katanya, dilansir hot.detik.com