KALTIM – Sudah beberapa bulan ini semenjak adanya isu kelangkaan minyak goreng, para petani sawit di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terpaksa  mencari usaha lain dengan jaza cuci motor, bahkan ada pula yang sampai banting setir dengan menjual tanahnya dan memilih usaha lain demi bertahan hidup, pasalnya harga sawit anjlok, petani menjerit.

Baca Juga : Jerit Petani Ditengah Goncangan Harga Sawit

Salah seorang petani sawit, Muhammad Syarki, mengaku harga sawit di daerahnya anjlok, bahkan sudah sangat kurang pembeli.

“Tambah hancur harga sawit, Disini sudah banyak tidak mau beli buah,” akunya, Sabtu (6/8/2022).

Ia menambahkan, kerugian petani semakin menjadi-jadi dengan tidak seimbangnya modal dan pendapatan, harga sawit murah sementara harga pupuk semakin tinggi.

“Harga pupuk & Herbisida/Pestisida naik hingga ratusan persen, Sedang hasil pertanian kami dihargai sangat rendah serendah-rendahnya, Tiap hari ada laporan turun harga,” katanya

Lanjutnya, ia mengaku heran dengan tidak berbanding lurusnya harga minyak goreng dengan harga sawit yang merupakan bahan dasarnya, harga sawit murah sementara minyak goreng masih tetap mahal.

“Keran expor sudah dibuka, Harapan kami harga mulai normal ehh malahan terjun bebas, Alasan banyak aturan telah di audit untuk perusahaan sawit dalam pengawasan, Negara seberang Malaysia malah melambung tinggi harga sawit mereka, Anehnya lagi kenapa minyak goreng masih tetap mahal ?,” ungkapnya.

Ia mengatakan, Harga sawit dahulunya tiga ribu limaratus, sekarang seribu limaratus, bahkan kadang dibawah seribu.

Ia mengaku, demi memenuhi kebutuhan hidupnya, ia terpaksa mencari usaha lain seperti usaha cuci motor demi menutupi kebutuhan sehari-harinya, di tambah lagi dengan adanya anak yang harus dibiayai.

“Karena harga sawit sudah tidak bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, apalagi ada anak yang perlu dibiayai, makanya saya terpaksa mencari biaya tambahan dengan usaha cuci motor,” akunya.