JAKARTA – Workshop Penguatan Peran Kehumasan baru saja selesai dilaksanakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), 2 – 3 Agustus 2022 lalu yang dilaksanakan secara hybrid learning (gabungan tatap muka dan tatap maya).

Dari lima materi workshop yang dipaparkan selama dua hari, ada satu materi yang menurut saya menyajikan pemaparan yang cukup menarik. Adalah Thoriq Ramadani, S.I.Kom., M.Tr.A.P., Pranata Humas Ahli Muda, yang memaparkan materi “Penguatan Humas Pemerintah”.

Thoriq Ramadani mengatakan, Humas Pemerintah atau Pranata Humas adalah salah satu instrumen strategis dalam pemerintahan. Disebut paling strategis karena Humas Pemerintah berperan besar dalam membentuk citra, meningkatkan citra dan memelihara citra.

Citra tak bisa dilepaskan dari reputasi. Keduanya tidak berdiri sendiri. Bahkan saling bertautan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya selalu bersama, tak terpisahkan. Jika citra berbicara tentang kesan publik terhadap kinerja pemerintah, maka reputasi adalah rekam jejak pemerintah yang telah terbangun bertahun-tahun.

Membangun citra tak mudah, apalagi membangun reputasi. Namun, keduanya bisa hancur hanya dalam sekejap jika pemerintah tidak memiliki Humas yang andal dalam menyiapkan strategi komunikasi, karena komunikasi memegang peran kunci dalam pemerintahan.

Tanpa strategi dan manajemen komunikasi yang baik, mustahil Humas dapat melakoni tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembentuk citra dan penjaga reputasi positif pemerintah. Hal ini akan berdampak pada semakin terbukanya potensi terjadinya “tsunami” informasi.

Jika “tsunami” informasi tak dapat dicegah, maka jangan heran berita hoaks, kabar palsu, serta informasi menyesatkan akan semakin masif memengaruhi publik, sehingga “tsunami” informasi yang terus terjadi, perlahan dan pasti akan berubah menjadi sebuah kebenaran.

Tentu ini akan berbahaya bagi eksistensi sebuah pemerintahan. Nah, peran Humas Pemerintah sangat krusial dalam menangkal “tsunami” informasi yang ada. Tanpa strategi dan manajemen komunikasi yang baik dan konseptual, maka Humas akan menjadi bisu, tuli dan buta.