JAKARTA – Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto mengimbau pemerintah untuk waspada terhadap ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan. Pasalnya, perang tersebut bisa mempengaruhi neraca perdagangan RI.

“Perkembangan ini perlu kita waspadai karena Tiongkok dan Taiwan juga penting dalam perdagangan internasional Indonesia,” kata Setianto dalam konferensi pers di Gedung BPS, Senin (14/8).

Dia melanjutkan, Tiongkok merupakan mitra dagang strategis Indonesia, dengan kontribusi terhadap ekspor maupun impor, di atas 20 persen dari total ekspor dan impor RI. Di sisi lain, berdasarkan catatan BPS, ekspor Indonesia ke Taiwan terus mengalami peningkatan.

“Terkait dengan Tiongkok dan Taiwan, kita ketahui bahwa Tiongkok dan Taiwan adalah eksportir utama untuk komponen elektronik dunia. Jadi, terkait dengan catatan geopolitik ini, China dan Taiwan menjadi sangat strategis bagi perdagangan internasional indonesia,” pungkas dia.

Sebelumnya, ekonom memproyeksi bahwa konflik yang terjadi antara China dan Taiwan dinilai bisa berdampak lebih buruk untuk Indonesia ketimbang perang Ukraina-Rusia . Pasalnya, kedua negara tersebut secara geografis dekat dengan Indonesia.

Ekonom INDEF, Nailul Huda menyebut, dampak yang paling dirasakan Indonesia adalah menurunnya pasokan chip untuk berbagai produk elektronik. Harga chip tersebut diprediksi akan melonjak dan semakin langka di pasaran.

“Perusahaan-perusahaan mobil dan elektronik lainnya akan berebut untuk mendapatkan chip dari Taiwan. Makanya kalo sampai perang dan pasokan chip global terganggu, pasti bisa melambatkan perkembangan teknologi global termasuk Indonesia,” kata Huda kepada kumparan, Senin (8/8).

Tak hanya itu, ekspor Indonesia ke Taiwan juga pasti terganggu terutama untuk produk besi dan baja. “Ekspor ke Taiwan setara 10 persen ekspor besi dan baja secara nasional. Pasti permintaan dari Taiwan akan berkurang,” sambung dia.