JAKARTA – Berdasarkan perdagangan sebelumnya, mata uang rupiah melemah 54 poin atau 0,36 persen dan berada di level Rp14.892 per dolar AS pada Senin (22/8) sore.

Baca Juga : BI Launching 7 Pecahan Rupiah Kertas TE 2022

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah di tempatkan ke posisi Rp14.882 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Mata uang Asia terpantau beragam. Tercatat, won Korea Selatan melemah 1,05 persen, baht Thailand melemah 0,87 persen, peso Filipina melemah 0,47 persen, ringgit Malaysia melemah 0,16 persen dan yen Jepang menguat 0,15 persen.

Mata uang di negara maju juga terpantau bervariasi. Euro Eropa melemah 0,38 persen dan poundsterling Inggris melemah 0,30 persen.

Dolar Kanada melemah 0,17 persen, franc Swiss menguat 0,02 persen dan dolar Australia menguat 0,25 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan penyebab lemahnya rupiah pada perdagangan hari adalah dampak dari rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pekan ini.

Pasalnya, kenaikan harga BBM dipastikan akan mengerek inflasi makin tinggi dari saat ini yang menimbulkan kekhawatiran bagi investor akan kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang selama ini ditahan di level terendah sepanjang masa.

Ibrahim mengatakan bahwa ancaman inflasi akan menjadi bayang-bayang saat kenaikan harga pertalite sebab saat ini inflasi makin tinggi yang akan menggerus mata uang dan rupiah pun kian tertekan.

“Jika harga pertalite dinaikkan, maka inflasi kemungkinan akan melesat. Saat inflasi semakin meninggi, maka nilai tukar mata uang semakin tergerus. Rupiah pun tertekan,” ujarnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Adapun untuk perdagangan besok, Selasa (23/8), Ibrahim memperkirakan rupiah akan berada di level Rp14.870 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.