RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Persoalan stunting menjadi hal yang dominan di pinggir pantai wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal itu bertolak belakang dengan teori bahwa anak pesisir bebas dari masalah tersebut karena bisa makan ikan segar setiap hari.

“Ternyata tidak, ternyata di pesisir itu malah banyak yang stunting. Mungkin ikannya dijual lalu kita makan Indomie (mi instan), karena Indomie makanan favorit,” kata Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat OIKN, Alimuddin dalam seminar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (7/5/2024), mengutip CNNIndonesia.com.

“Tapi bukan salah Indomie, salah di kita. Kalau kita lihat bungkusnya, ada Indomie, telur, dan ayam. Karena kita tidak bisa beli telur dan ayam, maka kita makan Indomie jadi banyak kena stunting,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Alimuddin menegaskan, pengentasan stunting hingga kemiskinan bukan sekadar masalah ekonomi. Ia menyebut ada faktor pola hidup dan kebiasaan, termasuk dari warga di sekitar IKN.

Ia menyebut Otorita kini sudah melakukan penandatanganan kerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait penanganan stunting. Targetnya, angka stunting di IKN dan sekitarnya yang sekarang mencapai 21,4 persen bisa ditekan hingga 14 persen.

“Bukan sebuah keuntungan, sebuah kelonggaran di kita, IKN itu kecil. Wilayahnya saja yang luas, tapi jumlah penduduknya masih sekitar 260 ribu-270 ribu yang ada di 6 kecamatan, termasuk di Kutai Kartanegara (5 kecamatan) dan Penajam Paser Utara (1 kecamatan),” tuturnya.

Mengutip situs alodokter.com, berikut beberapa penyebab anak mengalami stunting:

1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai

Sejak di dalam kandungan, nutrisi yang ibu konsumsi turut mendukung tumbuh kembang janin. Makanya, seorang ibu perlu memiliki pengetahuan tentang makanan bergizi supaya nutrisi harian ibu dan janin tercukupi dengan baik.