JAKARTA – Seluruh negara diminta oleh Presiden Bank Dunia, David Malpass untuk waspada risiko stagflasi tengah ketidakpastian ekonomi global.

Baca Juga: Inflasi Sri Lanka Menjadi-jadi saat Krisis Ekonomi

Stagflasi merupakan kondisi inflasi dan kontraksi ekonomi yang terjadi secara bersamaan. Inflasi yang dimaksudkan melonjak, dengan pertumbuhan ekonomi menurun dan meningkatnya angka pengangguran. Umumnya, stagflasi terjadi saat resesi ekonomi.

 

Pernyataan tersebut juga sempat disampaikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang mengatakan ekonomi dunia bakal resesi pada tahun depan.

 

Proyeksi itu muncul manakala bank sentral di beberapa negara, seperti AS dan Eropa, mengerek suku bunga lebih tinggi untuk meredam lonjakan inflasi. Imbasnya, kebijakan moneter ketat akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi, sehingga ancaman resesi semakin sulit dihindari.

 

Melansir dari CNNIndonesia.com, berikut negara yang pernah mengalami stagflasi.

 

1. Amerika Serikat

Stagflasi terjadi di AS pada periode 1970-an di mana saat itu ekonomi negeri Paman Sam tengah kacau akibat resesi.

 

Melansir Investopedia, resesi tersebut disebabkan pengeluaran berlebihan untuk perang Vietnam dan inflasi tinggi karena krisis minyak setelah embargo OPEC. Kondisi AS kemudian diperparah dengan meningkatnya persaingan pasar global dari kekuatan produksi Jepang dan Jerman.

 

2. Inggris

Istilah stagflasi pertama kali diciptakan selama periode inflasi dan pengangguran di Inggris pada 1960-an hingga 970-an. Ketika inflasi naik, pembuat kebijakan Inggris gagal mengenali peran utama kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi.

 

Sebaliknya, mereka berusaha menggunakan kebijakan dan perangkat nonmoneter untuk merespons krisis ekonomi.

 

Pembuat kebijakan juga membuat “perkiraan yang tidak akurat tentang tingkat kelebihan permintaan dalam perekonomian yang berkontribusi secara signifikan terhadap pecahnya inflasi di Inggris Raya pada 1960-an dan 1970-an.