JAKARTA – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin belum bisa bicara lebih luas tentang pasien yang menderita ginjal akut misterius di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Juga: Saksikan Voli PORPROV Sulsel XVII, Pacu Semangat Atlet

Budi menjelaskan pihaknya masih melakukan penelitian kepada surveilans guna memastikan pasien tersebut benar tidak mengonsumsi obat-obatan atau sekadar lupa telah mengonsumsi obat-obatan.

“Kita sedang pastikan tim kita saat surveilans apakah disusulkan segmen pasiennya bisa saja dia minum tapi tidak ingat. Saya belum berani komen secara spesifik,” ujar Budi dilansir dari CNNIndonesia.com.

Budi menerangkan, sebanyak 206 dari 245 pasien telah diperiksa. Sebagian dari mereka ada yang dapat menyebutkan nama obat sekaligus menunjukkan botol obatnya. Di sisi lain, ada pula yang tidak mengetahui obat yang dimaksud.

Dokter Spesialis Anak RSUP Dr Sardjito, Kristia Hermawan mengungkap salah satu pasien anak meninggal dunia akibat kasus ginjal akut misterius sama sekali tidak mengonsumsi obat-obatan apapun sebelumnya.

“Tidak mengonsumsi obat-obatan apapun. Baru dapat ASI dan MPASI, pun tidak kemasan,” tegasnya.

Pasien itu, jelas Kristia, berusia tujuh bulan dan berasal dari Kabupaten Bantul, DIY.

Ia menjelaskan pasien itu mengalami masalah pernafasan dan hati di samping gagal ginjal ketika dibawa ke RSUP Dr Sardjito.

Menurut Kristia, telah terjadi peningkatan enzim pada liver anak tersebut.

Kemenkes melaporkan hingga Minggu (23/10), jumlah pasien dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia mencapai 245 orang. Mayoritas pasien merupakan usia anak dengan pasien paling banyak bayi di bawah lima tahun (balita).

Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengatakan dari ratusan kasus yang diidentifikasi, 141 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Dengan demikian, fatality rate atau tingkat kematian kasus ini mencapai 57,5 persen.