JAKARTA – Dalam kasus pembunuhan Brigadir Yosua N Hutabarat, Asisten Rumah Tangga (ART) Ferdy Sambo, Susi memberikan kesaksian. Selama persidangan, hakim berulang kali menyoroti penjelasan Susi yang menurutnya tidak benar.  

Baca Juga : Ini Logo Baru dan Makna Sulsel di Usia 353

Saat ditanyai hakim PN Jakarta Selatan, ahli gestur, Handoko Gani menyampaikan pendapatnya terkait gestur pernyataan Susi. Handoko menduga Susi sebenarnya tidak melihat langsung apa yang terjadi pada Putri Candrawathi.

“Dugaan saya, Susi ini tidak melihat langsung secara keseluruhan, tapi hanya sepersekian dia melihat atau bahkan dia dengar dari orang lain. Jadi keterangannya ini penuh tafsiran atau interpretasi dia sendiri. Bukan berdasarkan penglihatan atau pengalaman langsung. Jadi nggak heran keterangan Susi ini jadinya sulit untuk diinterpretasikan (terkait posisi Ibu, pakaian ibu, tubuh ibu, dan seterusnya),” katanya, Senin (31/10/2022).

Handako menduga Susie sebenarnya berusaha menjelaskan kejadian itu, tetapi hanya dengan interpretasi pribadi. Saat itu Susi tidak mengerti apa yang terjadi karena hanya Putri Candrawathi yang ada di lokasi.

“Yang bersangkutan ini menjelaskan dengan interpretasi sendiri. Misalnya, kaus (kaos itu kan beda-beda tipenya, bahannya, ketebalannya), kemudian posisi tubuh ibu tergeletak atau sandaran (kalau sandaran itu di mana), suhu tubuh (dingin), diraba kakinya (kaki bagian apa), dan seterusnya. Iya, tidak tahu full kejadian. Kan tinggal Putri doang. Dia hanya interpretasi, suhu badan dingin, dia bersandar, dan seterusnya,” terangnya.

Handako juga menganalisis latar belakang Susi sebagai asisten rumah tangga. Susi, yang kebetulan adalah seorang IRT, terintimidasi hakim yang cenderung mengajukan pertanyaan dengan cara yang mengintimidasi dia untuk memberikan jawaban yang hidak tepat ketika dia menanyainya.

“Ditambah lagi gaya penanya ini bersifat intimidatif. Susi yang ART ini tertekan. Ketika tertekan, ada kemungkinan seseorang dengan karakter seperti demikian, bisa gugup dan salah-salah jawab,” katanya.

“Orang seperti Susi ini ndak bisa ditanyakan dengan gaya bertanya seperti itu. Bahkan bisa juga, dia mungkin tidak bisa ditanyain di pengadilan secara terbuka. Tetapi ditanyain secara terpisah di ruangan tertutup sehingga tidak terlalu merasakan pressure orang-orang yang menatapnya,” lanjutnya.

Terlepas dari itu, Handoko membuat pernyataan bahwa ada tiga hal yang mungkin dihadapi Susi sehingga mengeluarkan statement yang sulit diinterpretasikan. Dia melihat bahwa Susi mungkin sebenarnya membuat skenario jawaban di pengadilan, Susi tanpa sadar diatur dosan dimanfaatkan, atau bahwa posisi Susi telah stres oleh tekanan hakim yang kuat.