JAKARTA – Mata uang Garuda menguat 198 poin atau 1,26 persen dari perdagangan sebelumnya dan nilai tukar rupiah berada di level Rp15.495 per dolar AS pada Jumat (11/11) sore.

Baca Juga: Resmob Polda Sulsel Ringkus Predator Anak 

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.493 per dolar AS.

Mata uang di kawasan Asia terpantau kompak berada di zona hijau. Yen Jepang menguat 0,02 persen, baht Thailand menguat 0,78 persen, peso Filipina menguat 1,58 persen, won Korea Selatan menguat 4,27 persen, dan yuan China menguat 1,13 persen.

Dolar Singapura menguat 0,36 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,04 persen pada penutupan perdagangan sore ini.

Sejalan, mata uang utama negara maju juga berada di zona hijau. Tercatat euro Eropa menguat 0,51 persen, poundsterling Inggris menguat 0,26 persen, dan franc Swiss menguat 0,18 persen.

Lalu, dolar Australia menguat 0,77 persen, dan dolar Kanada menguat 0,23 persen.

Analis DCFX, Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah yang tajam ditopang oleh penurunan imbal hasil obligasi AS setelah inflasinya turun ke level 7,7 persen pada Oktober 2022.

“Rupiah menguat hari ini oleh dolar AS yang melanjutkan pelemahan dan imbal hasil obligasi AS yang turun tajam setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan,” ujarnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Inflasi AS yang turun membuat banyak perkiraan bahwa The Fed akan mengakhiri kebijakan suku bunga tinggi dan membantu penguatan rupiah dan mata uang lainnya.

“Kondisi ini meningkat ekspektasi apabila The Fed sudah tidak akan agresif dalam kebijakan suku bunga ke depannya,” jelasnya.