JAKARTA – Tercatat bahwa lebih banyak masyarakat dengan standar ekonomi rendah menggunakan fasilitas kesehatan (Faskes) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dibandingkan orang kaya. Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Ali Ghufron Mukti.

Baca Juga: Bakti Sosial DWP Kanwil Kemenkumham Sulsel Sambut Hari Jadi ke-23

Hal ini sekaligus menepis pernyataan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin yang menyebut orang kaya lebih banyak menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan dan menjadi beban negara.

“Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuaran) memakainya lebih banyak, termasuk operasi jantung. Kami menganalisis data itu puluhan juga dan data terbaru, mungkin data yang tadi (disampaikan menkes) bahwa orang kaya lebih memakai, itu dulu, awal-awal. Kalau sekarang sudah on the right track,” ujarnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Menurutnya, pada saat BPJS Kesehatan dibentuk pada 2014, belum banyak masyarakat, utamanya peserta PBI yang menggunakan fasilitasnya. Anggapan pelayanan kurang baik menjadi salah satu penyebabnya, sehingga porsinya lebih kecil dibandingkan orang kaya.

Namun, dalam dua tahun terakhir ini porsi orang miskin yang memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut menjadi lebih besar.

“Jadi kesadaran masyarakat tidak mampu itu jauh lebih bagus. Jadi PBI itu intinya banyak yang mulai sadar dan memanfaatkan haknya. Kalau dulu banyak orang jual rumah, jual ini untuk biaya kesehatan, sekarang sudah jarang (jual) untuk bayar sakit,” jelasnya.

Lanjutnya, meskipun tidak mengetahui persis porsinya namun ia pastikan peserta dengan tidak mampu lebih banyak.

“Saya nggak hapal persis porsinya yang jelas jauh lebih banyak dari pada peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) baik pegawai negeri maupun swasta,” imbuhnya.

Ali menjelaskan besaran pemanfaatan fasilitas BPJS Kesehatan oleh peserta PBI juga tercermin dari anggaran tahun depan. Dalam hal ini, Rp45 triliun dari total anggaran Rp143 triliun akan dialokasikan untuk pemanfaatan oleh peserta PBI.