TAKALAR – Sentra Pangurangi Takalar merupakan lokasi rehabilitasi sejumlah orang yang diketahui mengalami permasalahan sosial. Sebagai lokasi rehabilitasi telah menampung sebanyak empat klaster kelompok dalam pelayanannya.

Baca Juga : Sentra Pangurangi Takalar Beri Layanan Kunjungan Keluarga Klien

Berlokasi di Desa Pattopakang, Kecamatan Mangara Bombang Kabupaten Takalar ini terdiri dari anak-anak, disabilitas, lansia dan kelompok rentan.

Pelayanan yang diutamakan pada sentra ini lebih mengedepankan aspek kekeluargaan. Soalnya, rehabilitasi para dimana para penghuni ini berada bukanlah sebuah penjara.

Kepala Sentra Pangurangi, Andi Nur Alam menjelaskan keberadaan sentra ini sebagai tempat untuk mereka yang mengalami permasalahan sosial dibina.

“Banyak yang beranggapan jika sentra ini adalah penjara. Karena itu, untuk mengubah dan memberikan pemahaman bagi masyarakat kami membuka layanan kunjungan bagi keluarga penghuni yang kami akrab sebut klien,” tutur Alam.

Kesan Penghuni

Mahendra (28) asal Lamongan Jawa Timur mengakui adanya kekhawatiran saat hendak dirinya dibawa ke tempat ini. Ia bercerita takut tidak bisa dijenguk keluarganya.

“Awalnya takut dan memang tidak tahu dan sangat takut. Tempat ini cukup menakutkan. Ternyata tidak seperti itu,” katanya.

Hal itu pun terbukti dengan adanya kegiatan kunjungan yang dibuka Sentra Pangurangi Takalar setiap hari jumat. Terlihat sejumlah kunjungan keluarga yang tengah menjenguk.

Sama terlihat salah satu keluarga yang juga datang menjenguk anaknya.

Anak ketiga dari lima bersaudara ini bernama Rangga Firmansyah yang telah menjadi korban narkoba mengaku sempat putus asa saat dinyatakan akan dirawat disini.

Sama seperti Mahendra,  Rangga menceritakan kronologis dirinya terjerat hal ini. Dimulai dari mencoba hingga kecanduan.

“Awalnya hanya ingin mencoba karena ditawari teman. Menjadi keseringan itu setelah ikut bapak menjadi sopir muatan barang antar daerah,” katanya.

Namun setelah seminggu, keadaan pun ternyata berubah tidak seperti yang sebelumnya dipikirkan.

“Awalnya takut juga tidak ada yang dikenal jadi seperti hidup sendiri tetapi itu hanya berlangsung seminggu setelah itu tidak lagi karena ada pendamping juga yang selalu mendampingi dan memberikan arahan,” terangnya.