Para warga masih mengungsi karena rumah mereka rusak terdampak banjir rob.
RAKYAT.NEWS, Jakarta – Puluhan warga terdampak banjir rob dan gempa bumi dilaporkan masih bertahan di lokasi pengungsian di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Higenis, Desa Wosia, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, sejak Rabu, 18 Januari malam hingga hari ini, Kamis, 19 Januari 2023.
BPBD Halmahera Utara melaporkan warga bertahan berjumlah 80 orang. Para warga masih mengungsi karena rumah mereka rusak terdampak banjir rob.
“Mereka minta untuk tetap mengungsi sementara sampai beberapa waktu ke depan. Di samping memang karena rumah mereka rusak karena rob, kita juga tunggu informasi dari BMKG,” kata Kepala BPBD Halmahera Utara Abman dalam siaran pers yang diterima, Kamis petang.
Abman menuturkan, bahwa warga diungsikan hingga beberapa waktu ke depan, mengingat gelombang air laut masih tinggi dan berpotensi terjadi rob susulan. Pengungsian warga didirikan karena dampak dari banjir rob, bukan karena gempa bumi dengan skala magnitudo (M) 7.1 yang mengguncang pada Rabu pukul 13.06 WIB.
Atau sesaat sebelum banjir rob. Abman juga memastikan bahwa banjir rob tersebut terjadi karena faktor cuaca, bukan dipicu oleh gempa bumi.
“Itu dua hal yang berbeda. Jadi rob ini memang terjadi bersamaan, sesaat setelah gempa bumi. Namun bukan karena gempa, melainkan faktor cuaca. BMKG sebelumnya sudah memberikan informasi tentang adanya potensi banjir rob,” jelas Abman.
Pihak BPBD Kabupaten Halmahera Utara telah memberikan bantuan kebutuhan dasar, baik makanan, logistik lainnya dan peralatan yang dibutuhkan selama di pengungsian. BPBD Kabupaten Halmahera Utara juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk membuat tanggul penahan ombak dari kantong berisi pasir dan melakukan pembersihan puing bangunan yang rusak akibat terdampak banjir rob.
Situasi Berangsur Kondusif
Gempabumi M 7.1 sendiri telah menyebabkan dua unit rumah rusak di Desa Sabatai Tua, Kecamatan Morotai Selatan dan empat unit rumah rusak di Desa Sangowo Barat, Kecamatan Morotai Timur, Kabupaten Morotai.
BPBD Kabupaten Pulau Morotai saat ini telah melaporkan bahwa sedikitnya ada 24 jiwa yang terdampak gempabumi tersebut. Tidak ada korban jiwa atas peristiwa itu, situasi sudah kondusif dan kerugian material masih dalam pendataan lebih lanjut.
Sementara itu hasil laporan sementara dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempabumi yang berpusat di 2.80 LU dan 127.11 BT itu juga dirasakan di Kabupaten Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Berikutnya Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan Kabupaten Kepulauan Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara, juga melaporkan guncangan gempa bumi dengan periode waktu antara 20-25 detik.
Hingga saat ini, BMKG mencatat ada sebanyak 31 gempabumi susulan dengan skala M 3.8 sampai dengan M 5.3 yang berpusat tak jauh dari lokasi episentrum gempa utama.
Sebagai antisipasi adanya potensi dampak gempabumi susulan, BPBD setempat telah memberikan rekomendasi kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat juga diminta agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa bumi. Selanjutnya BPBD juga mengimbau masyarakat untuk selalu memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum memutuskan untuk kembali ke dalam rumah masing-masing.