RAKYAT NEWS, JAKARTA – Ratusan demonstran anti-rasisme berkumpul di seluruh negara Inggris dan membentuk barisan manusia untuk melindungi pusat-pusat perlindungan setelah polisi mengingatkan tentang potensi kerusuhan dari lebih dari 100 demonstrasi anti-Muslim dan imigran yang dipimpin oleh kelompok sayap kanan yang ekstrem.

Mereka membawa spanduk dengan tulisan “pengungsi diterima” dan “tolak rasisme, cobalah terapi” saat berada di jalanan sembilan hari setelah negara itu dikejutkan oleh kasus penusukan fatal terhadap tiga gadis di Merseyside, diikuti oleh kerusuhan di beberapa daerah.

Menurut laporan dari The Guardian, polisi melakukan mobilisasi terbesar sejak kerusuhan tahun 2011 pada Rabu (7/8/2024), mengatakan bahwa banyak pertemuan yang direncanakan memiliki potensi untuk berubah menjadi kekerasan.

Kantor-kantor pengacara ditutup, toko-toko di jalan utama dipasangi papan, praktik dokter diliburkan lebih awal, dan anggota parlemen disarankan untuk bekerja dari rumah ketika 41 dari 43 wilayah kepolisian lokal di Inggris dan Wales bersiap untuk menghadapi potensi kerusuhan.

Sebanyak 6.000 petugas yang terlatih untuk menangani kerusuhan dikerahkan untuk mengawasi demonstrasi. Sementara itu, ribuan kontra-protes turun ke jalan di Liverpool, Birmingham, Bristol, Brighton, dan London untuk melindungi komunitas mereka.

Di Liverpool, ratusan orang membentuk barisan manusia di luar gereja yang menjadi sasaran, tempat berlangsungnya pusat nasihat imigrasi, sementara wanita-wanita membawa spanduk dengan tulisan: “Nenek-nenek melawan Nazi.”

Di Hackney dan Walthamstow, dua wilayah di timur London, adegan serupa terjadi saat ribuan penduduk lokal dan aktivis anti-fasis berkumpul dengan spanduk bertuliskan “kita semua satu ras manusia” dan “bersatu melawan kebencian.”

Di Brighton, sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-imigran yang berkumpul di luar kantor hukum yang menjadi sasaran dikelilingi oleh polisi untuk perlindungan mereka sendiri setelah dikalahkan jumlahnya oleh sekitar 500 kontra-protes yang berteriak: “Keluar dari jalan kami, Nazi keparat.” Acara tersebut kemudian berubah menjadi karnaval jalanan dengan penampilan band samba dan nyanyian keras.