Makassar, Rakyat News – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2018 merupakan satu dari lima pilkada tingkat provinsi yang masuk kategori zona merah. Beragam upaya terus dilancarkan kepolisian guna mencegah timbulnya konflik pada pesta demokrasi tersebut. Di Sulsel sendiri, kepolisian telah melakukan upaya preemtif dan preventif dengan menjalin silahturahmi dengan bakal calon gubernur dan tokoh parpol.

Teranyar, Kapolda Sulsel menyambangi Kantor DPD I Golkar Sulsel, di Jalan Ammanagappa, Kota Makassar, Selasa, 2 Januari. Di kantor partai berlambang beringin, Umar bertemu dan membahas berbagai hal bersama Ketua DPD I Golkar Sulsel yang juga kandidat Gubernur Sulsel, Nurdin Halid (NH). Turut hadir sejumlah elite Golkar Sulsel, seperti Apiaty Amin Syam, Arfandy Idris, Diza Rasyid Ali dan Risman Pasigai.

Di depan Kapolda Sulsel, NH menegaskan seluruh pengurus dan kader Golkar siap membantu Polri menjaga situasi kamtibmas agar tetap kondusif. Disampaikannya pula beberapa saran untuk merubah Pilgub Sulsel dari zona merah menjadi zona hijau. Yang paling penting, sambung dia, adalah memastikan netralitas aparatur pemerintahan, TNI/Polri dan penyelenggara pemilu. Bila itu bisa dijamin independen, tak mungkin ada konflik.

“Netralitas menjadi kunci. Kapolda harus mengajak gubernur dan seluruh bupati/wali kota serta pihak penyelenggara untuk menjaga netralitas. Kalau itu bisa (terwujud), Insya Allah pilkada nanti tidak akan berada di zona merah,” kata NH yang juga Ketua Harian DPP Golkar.

NH mengungkapkan orang Sulsel merupakan pribadi-pribadi yang sangat santun dan menjunjung tinggi budaya. Kalau semuanya dilaksanakan sesuai aturan, tentu tidak akan ada tercipta konflik. Kapolda Sulsel pun harus memberikan jaminan melakukan segala sesuatunya sesuai aturan dan tidak berpihak pada kelompok tertentu. Pelanggaran yang terjadi harus diproses sesuai aturan untuk memenuhi rasa keadilan.

“Saya selaku salah satu kandidat selalu menyampaikan untuk menjunjung tinggi kompetisi yang sehat dan sportif. Jangan bertindak curang, saya mau jadi gubernur bukan atas nafsu berkuasa, melainkan panggilan pengabdian. Saya mau membangun Sulsel Baru yang lebih sejahtera dan makmur. Saya maju pun ingin memberikan pencerahan demokrasi yang sehat,” jelas pasangan Aziz Qahhar Mudzakkar.

Menurut NH, masuknya Pilgub Sulsel dalam zona merah alias rawan konflik merupakan cambuk bagi seluruh pihak untuk membuktikan kekeliruan cara pandang pusat. Pihaknya pun mengaku tersinggung dengan label zona merah itu. Pasalnya, orang-orang Sulsel diketahuinya merupakan orang-orang baik yang cinta damai. Kearifan lokal di Sulsel telah banyak mengajarkan perdamaian dan cinta kasih.

Kapolda Sulsel, Irjen Pol Umar Septono, sependapat dengan NH soal zona merah. Diharapkannya bantuan seluruh masyarakat Sulsel untuk membuktikan bahwa daerah ini layak dikategorikan zona hijau. Terlepas dari itu masuknya Sulsel sebagai zona merah, kata dia, membuat pihaknya mempersiapkan segala sesuatunya secara optimal. Polda Sulsel diakuinya menyiapkan antisipasi solusi atas segala kemungkinan terburuk.

“Soal zona merah itu, kita harus buktikan itu tidak benar. Inilah salah satu ikhtiar (mendatangi Kantor DPD I Golkar Sulsel untuk bersilahturahmi),” terang mantan Kapolda NTB itu.

Umar menegaskan zona merah itu biarkan menjadi pemacu untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. Diserukannya juga agar seluruh elemen masyarakat berdoa untuk kebaikan Sulsel memasuki tahun politik. “Selain ikhtiar, paling penting yah berserah diri. Toh yang menentukan segala sesuatunya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai manusia, kita hanya bisa berikhtiar,” pungkasnya. (***)