“Untuk itu kita harus mendorong pemerintah membuat regulasi untuk memastikan Society 5.0 dapat terwujud secara adil dengan membangun infrastruktur teknologi yang inklusif serta memberikan pendidikan yang mendukung literasi digital,” harapnya.

Tidak hanya dalam aspek ekonomi tradisional dan sosial, Society 5.0 juga membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi kreatif, sektor yang berfokus pada kreativitas, inovasi, dan pemanfaatan intelektual sebagai sumber ekonomi.

“Jadi ada beberapa contoh sektor ekonomi kreatif antara lain industri film, musik, desain, fashion, game, kuliner, hingga seni rupa digital. Dengan adanya Society 5.0, teknologi akan mempercepat pengembangan sektor ini melalui digitalisasi dan inovasi berbasis teknologi. Saya berharap, pemuda Makassar bisa segera mengambil peran penting di era ini. Gunakan intelektual dan salurkan kreativitas,” paparanya.

“Dan yang paling penting juga, jangan berharap pemodal yang datangiki baru kita mau bergerak. Tapi bergerak dulu dengan segala kreativitas yang kita miliki supaya pemodal mau lirik ki. Gunakan fasilitas yang kita punya dulu. Banyak kok konten kreator yang memulai dari keterbatasan fasilitas sampai bisa sukses. Intinya kemauan dan konsistensi,” tutupnya.

Sementara, Anggota DPRD Makassar, dr.Udin Shaputra Malik, yang juga sebagai narasumber dalam kegiatan ini, ikut mendorong generasi muda agar bisa melihat dan menjemput peluang dengan segala kreativitas.

“Jadi pemerintah juga memberikan perhatian serius terhadap potensi pemuda dalam ekonomi kreatif. Yakni melalui berbagai program dan pelatihan. Pemuda harus didorong untuk terus mengembangkan kreativitas mereka. Salah satu contohnya adalah program Creative Economy Hub yang memberikan fasilitas dan pendampingan bagi pelaku industri kreatif muda untuk dapat mengembangkan bisnis,” jelas dr Udin.

Kata Legislator Makassar ini, dengan kreativitas, inovasi, serta penguasaan teknologi yang dimiliki, generasi muda menjadi ujung tombak dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif.