RAKYAT NEWS, MAKASSAR – Kecaman terhadap sikap anggota DPR-RI dari Luwu Raya Muhammad Fauzi (MF) yang memilih mundur demi melenggang ke Pilkada Luwu Utara, terus meluas.

Sebelumnya Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Sulawesi Selatan Ir Hasbi Syamsu Ali yang menyatakan bahwa tindakan politisi Golkar itu sangat merugikan perjuangan Luwu Raya.

Kata Hasbi, perjuangan membentuk Provinsi Luwu Raya membutuhkan koneksi yang kuat terutama di Jakarta dan hal ini seharusnya diperankan oleh para anggota DPR RI yang berasal dari Dapil Sulsel 3, khususnya di Luwu Raya.

“Dengan mundurnya Fauzi dari DPR RI, maka kini perwakilan Luwu Raya di Senayan tersisa hanya legislator yang baru terpilih di Pileg lalu, yakni Unru Baso dari Partai Gerindra,” ungkapnya, Rabu (02/10).

Hal senada juga dilontarkan Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Pesisir Badan Pengurus Pusat (BPP) KKLR Ir Bachrianto Bachtiar.

Ia menyebut, Fauzi telah mengkhianati kepercayaan warga Luwu Raya, khususnya Luwu Utara untuk tetap berjuang mewakili mereka di Senayan.

Pasalnya, kata Bachrianto, Luwu Utara masih berada dalam kondisi yang sangat membutuhkan intervensi dari pemerintah pusat, terutama untuk membangun infrastruktur sarana dan prasarana paska banjir bandang sebelumya.

“Dia (Fauzi) telah mengkhianati kepercayaan rakyat dan kita semua, terutama untuk memperjuangkan aspirasi Luwu Raya di pusat, lebih khusus Luwu Utara yang masih dalam kategori miskin di Sulsel,” sesal Opu Anto, sapaan akrab Bachrianto.

Pernyataan keras kedua tokoh KKLR ini sontak menarik perhatian banyak pihak. Yang menarik karena ada yang mencoba menanggapi kecaman ini dan membawanya ke ranah Pilkada di Luwu Utara. Padahal konteksnya sesungguhnya sangat berbeda.

Merespon itu, Wakil Ketua Umum BPP KKLR Abdul Talib Mustafa mengatakan, pernyataan Ketua KKLR Sulsel harus diletakkan pada konteks kepentingan Luwu Raya yang lebih luas.

“Saya membaca pernyataan-pernyataan tentang mundurnya MF dari DPR RI dan majunya dia di Pilkada Lutra, adalah hal yang berbeda karena perbedaan posisi para komentator,” kata Talib di Makassar, Minggu (06/10).

Menurutnya, karena yang memulai pernyaraan ini adalah Ketua KKLR Sulsel, maka sejatinya juga harus dilihat dalam konteks kepentingan KKLR, bukan kepentingan yang lain.

“KKLR berkepentingan terhadap anggota DPR RI dari Dapil 3, lebih khusus lagi suaranya berbasis di daerah Luwu Raya. Selama ini KKLR adalah lembaga yang paling banyak mendiskusikan dan mencatat isu-isu Luwu Raya yang berkaitan dengan otoritas pemerintah pusat dan DPR RI,” jelasnya.

Karena itu, lanjut Talib, harapan-harapan yang ditumpukan ke anggota DPR RI dari daerah pemilihan Luwu Raya juga sangat besar.

“Akhirnya ini menjadi seperti teori bercinta, semakin besar rasa cinta, juga semakin besar rasa kekesalan jika terjadi pembalikan. Seperti dua sisi mata uang,” ujar Talib.

Kata pegiat koperasi dan UMKM itu, KKLR menaruh harapan besar kepada anggota DPR RI terpilih, yang dipilih oleh masyarakat Luwu Raya, namun harapan itu tercampakkan.

“Di sinilah pokok masalahnya. Tidak sedikit blasteran yang pernah dan sedang ikut Pilkada, dan KKLR tidak pernah menyoal. Ada Sam Sumastono, ada Indah Putri, ada Triono. Tapi KKLR tidak mempersoalkan itu,” terang Talib.

“Tapi kali ini beda, karena posisi anggota DPR RI Pak Muhammad Fauzi itu yang dipilih oleh warga Luwu Raya. Kalau dia dipilih oleh saudara kita dari Toraja, Torut, Pinrang, Enrekang, atau Sidrap, tentu KKLR juga malu dan tahu diri untuk tidak memberi komentar,” pungkas Talib.