RAKYAT.NEWS, POLMAN – Pengamat politik di Sulawesi Barat, Fahruddin, memperhatikan kekalahan pasangan calon nomor urut 2, Bebas Manggazali dan Siti Rahmawati (BESTI).

Fahruddin menegaskan bahwa pasangan Besti seharusnya tidak kalah jika calon lain, terutama pemenang versi quick count, tidak menggunakan money politics atau politik uang.

Menurut Fahruddin, jika perbandingan dilakukan berdasarkan kapasitas dan kompetensi, maka Bebas-Siti tidak ada tandingannya karena keduanya saling melengkapi.

Bebas memiliki pengalaman yang luas dalam birokrasi, baik dari tingkat terendah hingga sebagai Sekretaris Daerah.

Sementara Siti memiliki jaringan internasional karena pernah tinggal di Turki, memberinya akses untuk memasarkan produk dan hasil bumi di Polman.

Namun, menurut Fahruddin, situasi telah berubah. Masyarakat Polman lebih memilih pasangan calon yang memberikan uang.

“BESTI kalah karena amplop,” lanjutnya.

Fahruddin memberikan contoh temuan dengan bukti video, menunjukkan adanya amplop putih dengan uang di dalamnya yang diduga berasal dari pasangan calon nomor urut 1, H Syamsul Mahmud-Nursami (Assami).

Fahruddin juga menyoroti kurangnya pengawasan dari lembaga pengawas Pemilu yang memungkinkan money politics berkembang dan pasangan nomor urut satu dapat dengan mudah melakukan politik uang.

Fahruddin menyatakan bahwa hasil dari proses demokrasi yang terlihat saat ini tidak bersih. Hal ini menunjukkan bahwa uang menjadi segalanya, bukan kompetensi atau kapabilitas.

“Karena itulah kepada seluruh simpatisan, serta seluruh rakyat Polman yang masih punya idealisme, jangan pernah takut untuk menyuarakan kebenaran,” ujarnya.

Hasil hitung cepat CRC menunjukkan Samsul Mahmud-Andi Nursami Masdar mendapatkan 41,50 persen suara, Dirga Singkarru-Iskandar Muda 32,63 persen, Bebas Manggazali-Siti Rahmawati 18,02 persen, Syibli Sahabuddin-Zainal Abdidin 5,85 persen.