RAKYAT NEWS, JAKARTA – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menolak proposal perdamaian Rusia-Ukraina yang diajukan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

Informasi ini disampaikan oleh Konstantin Malofeyev, seorang pengusaha Rusia yang dekat dengan Putin, pada hari Senin.

Dalam wawancara dengan Financial Times di Dubai, Malofeyev menyebutkan bahwa Utusan Trump untuk Konflik Rusia-Ukraina, Keith Kellogg, membawa proposal perdamaian ke Moskow.

Namun, Putin menolaknya karena ada banyak hal yang tidak dipertimbangkan dalam proposal tersebut, terutama terkait dengan masa depan Eropa.

“Kellogg datang ke Moskow dengan rencananya, kami menerimanya, lalu menyuruhnya mengacau, karena kami tidak menyukai satu pun dari rencana itu. Itulah inti negosiasi,” ujar Malofeyev dalam sebuah wawancara di sebuah resor mewah di Dubai, dikutip Rabu (4/12/2024).

“Agar pembicaraan berjalan konstruktif, kita perlu berbicara bukan tentang masa depan Ukraina, tetapi masa depan Eropa dan dunia.”

Malofeyev mengatakan bahwa Trump hanya dapat mengakhiri konflik jika ia mencabut keputusan Washington tentang penggunaan senjata jarak jauh AS di Ukraina dan menggulingkan Presiden Volodymyr Zelensky.

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, Trump baru bisa bertemu dengan Putin untuk membahas isu global.

“Dunia berada di ambang perang nuklir setelah Kyiv menembakkan rudal jarak jauh buatan AS dan Inggris ke wilayah Rusia, dan Putin menanggapinya dengan menembakkan rudal balistik eksperimental berkemampuan nuklir ke Ukraina,” tuturnya.

Malofeyev juga mengungkapkan bahwa jika AS tidak mencabut dukungan mereka kepada Ukraina, Rusia mungkin akan menggunakan senjata nuklir taktis. Ia menegaskan bahwa konsekuensinya akan sangat merugikan dunia.

“Akan ada zona radiasi yang tidak akan pernah dimasuki siapa pun seumur hidup kita,” katanya. “Dan perang akan berakhir.”