Kepemimpinan Danny Pomanto dan Transformasi Makassar dalam Perspektif Kebijakan Publik
Menjelang akhir masa jabatan Bapak Danny Pomanto sebagai Wali Kota Makassar periode 2014–2018 dan 2020–2025, refleksi atas pencapaian serta kontribusinya menjadi hal yang tidak terhindarkan. Dalam dinamika pemerintahan daerah, keberhasilan kepemimpinan tidak hanya diukur dari implementasi kebijakan, melainkan juga sejauh mana kebijakan tersebut berorientasi pada kepentingan publik serta berdampak jangka panjang bagi masyarakat.
Kepemimpinan Danny Pomanto ditandai oleh kerja keras, kecerdasan, serta penerapan kebijakan yang adaptif dan inovatif. Model kepemimpinannya dapat dikaitkan dengan konsep “zig-zag leadership”, yakni strategi yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan tantangan sosial-politik. Hal ini dapat dianalogikan dengan filosofi rumput ilalang, yang terus tumbuh bahkan di tengah kondisi ekstrem. Prinsip inilah yang tercermin dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan, yang tetap berlangsung meski menghadapi hambatan internal maupun eksternal.
Salah satu aspek penting dalam kepemimpinan Danny Pomanto adalah penerapan demokrasi partisipatif. Melalui model kebijakan transaksional dan transformasional, ia tidak hanya mengakomodasi kepentingan beragam pemangku kepentingan, tetapi juga mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan kota. Pendekatan “pemerintahan kolaboratif” menjadi ciri khasnya, dengan melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan melahirkan kebijakan strategis.
Prestasi selama kepemimpinannya bukan semata indikator administratif, melainkan cerminan transformasi di berbagai sektor di Kota Makassar. Hingga akhir masa jabatannya, Danny Pomanto berhasil mempersembahkan 420 penghargaan berskala nasional dan internasional. Pencapaian ini menegaskan bahwa kebijakan publik yang ia terapkan memberikan dampak signifikan bagi peningkatan daya saing kota. Berbagai inovasi dalam tata kelola pemerintahan, pembangunan infrastruktur, serta peningkatan layanan publik menjadi landasan utama dari pencapaian tersebut.
Dalam perspektif akademis, kesuksesan kepemimpinan dapat dianalisis melalui pendekatan good and clean governance, yang mencakup prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi, efektivitas, dan efisiensi. Sepanjang dua periode kepemimpinannya, Danny Pomanto secara konsisten menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip ini melalui kebijakan strategis yang melibatkan publik dalam perumusan dan implementasinya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bung Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia: “Sesuatu yang tidak diperjuangkan tidak bisa dinikmati.”
Ungkapan ini menegaskan bahwa setiap keberhasilan merupakan hasil perjuangan panjang disertai pengorbanan dan ketekunan. Dalam konteks kepemimpinan daerah, hal ini terlihat dari keberanian Danny Pomanto dalam mengambil keputusan strategis, melakukan inovasi kebijakan, serta menghadapi dinamika sosial-politik yang kompleks.
Keberhasilan Danny Pomanto dalam memimpin Makassar menjadikannya contoh kepemimpinan yang patut dikaji lebih lanjut, terutama di ranah kebijakan publik dan pemerintahan daerah. Ia menunjukkan bahwa pendekatan inovatif, adaptif, dan partisipatif dapat menjadi kunci dalam membangun kota yang berdaya saing sekaligus berorientasi pada kesejahteraan publik. Melalui berbagai pencapaian tersebut, ia juga memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk memahami bahwa perubahan dan kemajuan menuntut daya adaptasi, kerja keras, serta komitmen terhadap prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Akademisi UIN Alauddin Makassar, Ibnu Hajar Yusuf.

Tinggalkan Balasan