RAKYAT NEWS, JAKARTA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa digantikannya sebagai pemimpin Ukraina tidak akan berjalan seindah yang dibayangkan, setelah spekulasi muncul tentang keinginan Amerika Serikat (AS) untuk adanya pergantian kepemimpinan di negara tersebut.

Pernyataan Zelensky ini muncul setelah pertemuan sengit dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Jumat sebelumnya.

Pertemuan tersebut berakhir tanpa adanya kesepakatan terkait eksplorasi sumber daya mineral Ukraina, yang sebelumnya diharapkan oleh AS.

Oleh karena itu, beberapa pejabat Partai Republik di AS mulai meragukan kemampuan Zelensky dalam memimpin Ukraina.

“Kita butuh pemimpin yang bisa bernegosiasi dengan kita, akhirnya berdialog dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz.

Ketua DPR AS dari Partai Republik, Mike Johnson, bahkan menyarankan agar Zelensky memilih antara bekerja sama dengan AS atau menyerahkan kepemimpinan kepada orang lain.

“Dia harus kembali ke berunding dengan rasa terima kasih, atau orang lain harus memimpin negara ini (Ukraina),” ujarnya.

Sementara, Zelensky menegaskan bahwa hanya menggelar pemilihan umum tidak akan cukup untuk mencopotnya dari jabatan presiden.

Hal ini disampaikan dalam wawancaranya dengan media Inggris yang dilaporkan oleh AFP pada hari Senin (3/3/2025).

Terungkap bahwa masa jabatan Zelensky sebagai Presiden Ukraina sebenarnya telah berakhir pada 20 Mei 2024, namun pemilihan umum ditunda berdasarkan UU Darurat Militer.

“Jika mereka ingin menggantikan saya, tidak akan sesederhana itu. Tidak cukup hanya mengadakan pemilu, mereka juga harus memastikan saya tidak bisa mencalonkan diri. Ini akan lebih sulit dari yang mereka kira,” ujarnya.

Zelensky juga menegaskan kesiapannya untuk mengundurkan diri jika Ukraina diterima sebagai anggota NATO sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian dengan Rusia.