RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir atau panik berlebihan terkait tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) sebesar 32 persen.

Luhut memastikan bahwa dampak kebijakan tersebut terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan akan terbatas.

“Dampak terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia akibat tarif resiprokal dari Amerika ini diperkirakan akan terbatas. Kami melakukan simulasi-simulasi yang sangat intensif selama libur lebaran ini,” kata Luhut dalam Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (8/4), melansir CNN Indonesia.

Luhut menjelaskan bahwa porsi ekspor Indonesia terhadap PDB mencapai 23,8 persen, dengan kontribusi ekspor ke Amerika hanya sekitar 10 persen dari total ekspor Indonesia. Ia menambahkan bahwa data-data ini menjadi pedoman penting untuk menghadapi kebijakan tarif tinggi dari AS tersebut.

“Kita sebenarnya tidak perlu khawatir berlebihan. Kalau kita waspada, yes. Pengalaman kita menangani kasus-kasus besar sudah banyak. Bagaimana negara-negara lain pontang-panting menghadapi covid, kita mampu mengatasi dengan baik,” klaim Luhut.

Lebih lanjut, Luhut menyatakan, “Karena itu kita tidak perlu ada yang panik berlebihan dalam menyikapi hal ini. Ini biasa dalam dinamika kehidupan. Saya melihat Presiden (Prabowo) dengan tenang kemarin buat keputusan-keputusan dan saya sampaikan pada beliau memang inilah keputusan yang harus dibuat.”

Di sisi lain, Luhut menilai bahwa adanya tarif tinggi dari AS membuka peluang positif bagi Indonesia. Ia memperkirakan adanya tekanan terhadap perekonomian global, khususnya akibat dampak lanjutan dari perlambatan ekonomi di China.

“Lalu pergolakan ekonomi di Tiongkok diklaim bakal membuat Indonesia dilirik sebagai tempat mengalihkan investasi,” ungkap Luhut.

Ia juga menyebutkan bahwa para pelaku bisnis di China melihat Indonesia sebagai alternatif yang menarik untuk berinvestasi.

“Pemain-pemain di Tiongkok itu melihat Indonesia masih menjadi alternatif yang bagus buat mereka melakukan investasi. Dan kami laporkan, Bapak Presiden (Prabowo), ini saya kira peluang besar yang bisa kita ambil,” lanjut Luhut.

Ia menambahkan, “Dan kemarin dari anggota Dewan Ekonomi Nasional yang kebetulan disuruh ke sana (China) juga memberikan laporan untuk itu (potensi relokasi investasi dari China) bisa segera kita eksekusi. Keputusan Bapak (Prabowo) mengenai deregulasi telah memberikan dampak (positif) yang sangat luas.”

Meskipun tantangan global terus menghimpit, harapan tetap ada. Indonesia berpeluang memanfaatkan dinamika ini untuk memperkuat daya saing dan menarik investasi.

Keputusan yang tepat dan antisipasi yang matang akan memastikan bahwa Indonesia mampu bertahan dan tumbuh dalam menghadapi situasi ekonomi yang terus berubah.