AS Mulai Dekati China Bahas Perang Tarif, Beijing Bantah Ada Negosiasi Resmi
RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah memulai pendekatan kepada Presiden China, Xi Jinping, dan jajarannya guna membuka diskusi terkait perang tarif yang tengah memanas antara kedua negara.
Langkah ini menjadi sinyal bahwa Washington ingin menurunkan ketegangan dagang yang meningkat sejak kebijakan tarif resiprokal diumumkan Presiden Donald Trump awal April lalu.
“AS telah proaktif menghubungi Tiongkok melalui berbagai saluran, dengan harapan bisa berdiskusi mengenai masalah tarif,” demikian laporan dari akun media sosial Yuyuan Tantian, yang terafiliasi dengan kantor berita resmi China, CCTV, seperti dikutip Reuters, Kamis (1/5/2025).
Yuyuan Tantian dikenal sebagai sumber kunci yang kerap menyampaikan informasi sensitif dari perspektif pemerintah China. Namun, meski ada laporan komunikasi informal, pihak otoritas China menyatakan belum ada proses negosiasi resmi.
“Sejauh yang saya tahu, belum ada konsultasi atau negosiasi antara Tiongkok dan AS mengenai tarif,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers pada Rabu (30/4/2025).
Di sisi lain, Presiden Donald Trump menyatakan dalam wawancara dengan media AS bahwa pembicaraan dengan China sedang berlangsung. Bahkan, ia mengklaim Presiden Xi Jinping sudah menghubunginya secara langsung.
Namun, pernyataan Trump ini segera dibantah oleh Beijing. Pemerintah China menyebut pernyataan Trump menyesatkan publik dan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Ini bukan kali pertama China membantah adanya diskusi formal terkait isu perang dagang.
Ketegangan terbaru antara dua raksasa ekonomi dunia ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Trump pada 2 April 2025. Tarif tersebut dikenakan terhadap berbagai negara, namun China mendapat perlakuan khusus dengan tarif tinggi yang mencapai 145 persen terhadap produk-produknya yang masuk ke pasar Amerika.
Meski kebijakan tersebut resmi ditunda selama 90 hari sejak 9 April 2025 untuk memberi ruang negosiasi, China tetap menjadi satu-satunya negara yang tidak mendapatkan kelonggaran.
Sebagai respons, China memberlakukan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap sejumlah barang impor dari AS. Retaliasi ini menunjukkan bahwa Beijing tidak tinggal diam atas kebijakan sepihak dari Washington.
Belum jelas apakah diskusi antara kedua negara akan benar-benar terwujud dalam waktu dekat. Namun, dinamika hubungan dagang ini berpotensi memengaruhi perekonomian global, terutama jika perang tarif terus bereskalasi tanpa solusi konkret.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan