RAKYAT NEWS, JAKARTA – Majelis Gerakan Akhir Zaman (GAZA) menggelar forum strategis berskala internasional bertajuk “Refleksi Spiritual Mubasyirat (Mimpi Benar) untuk Menghadapi Krisis Masa Depan Bangsa dan Dunia” pada Kamis (1/5/2025) di Aula Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan. Forum ini dihadiri oleh ratusan peserta yang menyimak kajian mendalam yang disampaikan oleh sejumlah narasumber terkemuka.

Forum yang digelar oleh Majelis GAZA ini menghadirkan tokoh-tokoh penting, di antaranya Prof. KH Abdul Wahid Maktub (Gus Wahid), akademisi dari President University dan mantan Duta Besar RI untuk Qatar (2003–2007), serta KH Wahfiudin Sakam, seorang ekonom dan praktisi spiritual Islam.

Ketua Panitia, Ahmad Abdul Qohar, dalam sambutannya menjelaskan bahwa forum ini bukan hanya ruang akademik, tetapi juga sebuah gerakan ruhani dalam menyambut campur tangan Allah untuk menghadapi fitnah akhir zaman. “Mimpi-mimpi itu bukan ilusi. Takwil-takwil itu bukan khayalan. Ini adalah petunjuk yang menuntun kita ke arah strategi ilahiah menghadapi dinamika global yang semakin tak menentu,” ujar Ahmad.

Sementara itu, Ketua Majelis GAZA, Drs. Raden Diki Candra Purnama, M.M., memberikan pemahaman mengenai Mubasyirat di Majelis GAZA. Ia menyebutkan bahwa Master Plan Ruhani dari mimpi-mimpi ilahiah (mubasyirat) adalah sisa-sisa nubuwwah dalam tradisi Islam. “Kumpulan mimpi umat dari berbagai penjuru dunia telah dihimpun, ditafsirkan, dan dikaji menggunakan pendekatan Al-Qur’an, Hadis, dan kaidah klasik tafsir mimpi ulama,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Drs. Diki menjelaskan tujuh manfaat yang diharapkan dari forum ini: pertama, untuk memvalidasi mimpi dan takwil melalui musyawarah lintas tokoh; kedua, melakukan pemetaan krisis dan peluang masa depan; ketiga, menyusun roadmap peradaban baru berbasis petunjuk ruhani; keempat, menyatukan visi lintas madzhab, ormas, dan institusi; kelima, meneguhkan forum ilmiah mubasyirat pertama di dunia Islam; keenam, meningkatkan kesadaran atas keniscayaan campur tangan ilahi; ketujuh, menegaskan peran strategis Indonesia dalam peta akhir zaman.

Sebagai tindak lanjut dari forum ini, Drs. Diki mengungkapkan rencananya untuk menyusun Buku Putih Master Plan Ruhani, serta membentuk Tim Kecil Mubasyirat dan merencanakan Forum Tahunan Mubasyirat Dunia. “Semua langkah ini ditujukan sebagai respon strategis dan ruhani menghadapi masa transisi besar dunia,” tambahnya.

Di akhir forum, Prof. KH Said Aqil Siradj mengajak umat Islam untuk tidak memisahkan antara spiritualitas dan intelektualitas dalam membangun masa depan. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan rasio dan data teknokratik. Islam mengajarkan kita agar juga mendengarkan suara batin, ilham, dan petunjuk Allah. Kombinasi antara akal, wahyu, dan ruhani adalah kunci kejayaan peradaban Islam sepanjang sejarah,” tegasnya.

Forum ini menjadi ruang refleksi penting bagi umat Islam dalam menghadapi krisis global yang semakin kompleks, sekaligus membangun kesadaran kolektif untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, dengan berpijak pada nilai-nilai spiritual yang mendalam.

YouTube player