Kehadiran AI, lanjut JK, memang menjadi tantangan berat bagi guru. Apalagi jika guru tidak mau belajar dan tidak memiliki sikap terbuka. Salah satu cara yang bisa dilakukan guru di tengah kehadiran AI adalah begaimana mengajarkan common sense, atau akal sehat.

“Yang perlu diingatkan setiap guru adalah memberikan pelajaran yang penting utamanya common sense. Yakni bagaimana cara mengajar, bagaimana cara menilai dan meyakini sesuatu, bagaimana menentukan kebenaran ditengah banyaknya medsos, serta mengajarkan logika kebenaran,” usul JK.

“Jadi para guru harus lebih banyak belajar tentang logika karena logikalah yang bisa mendasari kebenaran,” imbuhnya.

Selain itu, guru harus tegas dalam penggunaan telepon genggam di sekolah. Sebab jika murid bebas menggunakan telepon genggam maka tidak akan menggunakan logika. JK juga mengingatkan guru agar mengajarkan dalam menganalisa data agar bisa menghindari hoaks setiap informasi.

Lebih jauh JK kembali mengingatkan tugas utama guru di masa depan. Yakni sebisa mungkin menguasai teknologi dalam segala hal, membimbing dan menjadi motivator bagi murid-muridnya.

Selanjutnya, JK juga menggarisbawahi pentingnya murid kembali belajar ke alam dan dibawa ke lapangan. Selain itu, guru harus mendorong murid-murid untuk aktif bertanya serta menggalakkan diskusi kelompok.

“Terakhir dan yang paling penting di masa yang akan datang, guru harus lebih banyak memahami soal Wisdom dan kebijaksanaan,” sebut JK.

Di sisi lain, JK menyadari kehadiran Ai hal yang tidak bisa dihindari. ia melihat, kehadiran AI memiliki hal positif dan juga hal negatif.

Positifnya adalah bisa mendapatkan jawaban informasi apa saja dengan cepat, namun negatifnya adalah bisa menyebabkan murid menjadi malas dan mudah stres.

“Tapi apapun itu, persiapan itu harus dimulai dari sekarang. Karena kalau tidak kita akan ketinggalan lagi. Tentu kita setuju dengan AI, tapi tinggal yang difokuskan bagaimana mengedepankan hal positif dalam penggunanaan pembelajaran itu,” pungkas JK