Yeheskiel Amir Ungkap Pesan Moral di Film Doti: Tumbal Ilmu Hitam
“Kami tidak menyamarkan nama lokasi, karena memang ingin menghadirkan keaslian. Desa Jonjo ini sangat natural, cocok dengan set film yang mengharuskan jauh dari suasana kota modern. Alhamdulillah tempat seperti ini masih ada di Sulsel,” ucap Yeheskiel.
Tak hanya dari sisi cerita, Doti: Tumbal Ilmu Hitam juga mencatatkan pencapaian teknis dengan menampilkan penggunaan CGI (computer-generated imagery) yang digarap dari Kota Makassar. Ini menjadi pencapaian tersendiri bagi industri kreatif lokal.
“Film ini menyajikan CGI yang pertama kali juga dari Kota Makassar,” ungkap Yeheskiel bangga.
Sebagai film lokal dengan judul berbahasa daerah yang tayang secara nasional, Doti telah mendapat distribusi luas di 45 kota di seluruh Indonesia, dengan sekitar 200 layar. Tim produksi berharap jumlah ini akan bertambah hingga 500 layar seiring meningkatnya minat masyarakat.
“Semoga film ini booming, karena ini adalah kali pertama film lokal berjudul daerah bisa tayang secara nasional. Alhamdulillah, kami dapat banyak layar, dan mudah-mudahan bisa berkembang lebih luas lagi,” harap Yeheskiel.
Melalui horor yang menyentuh sisi budaya dan spiritual, Doti: Tumbal Ilmu Hitam diharapkan menjadi momentum kebangkitan film daerah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai kebaikan dan ketuhanan. (*)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan