“Di tengah sorotan terhadap sektor pertambangan dan menurunnya kualitas jurnalisme akibat tekanan struktural, kami percaya bahwa solusi yang dibutuhkan bukan sekadar hubungan baik dengan media, tetapi membangun fondasi yang memperkuat media itu sendiri,” ucap Vanda.

Vanda kemudian berharap, bahwa tentunya melalui UKW ini para jurnalis akan meningkatkan kapasitasnya sebagai penyambung lidah bagi masyarakat dalam dengan menyajikan berita yang aktual dan faktual.

“Kompetensi jurnalis adalah pondasi dari transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan sosial,” jelasnya.

Sampai saat ini PT Vale telah memfasilitasi lima sesi UKW sejak 2022 di tiga provinsi utama wilayah operasinya, dengan total 111 jurnalis yang telah dijangkau dan sebagian besar dinyatakan kompeten oleh Dewan Pers. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Makassar (2022) – 21 wartawan
Kendari (2022) – 20 wartawan
Sorowako (2023) – 19 wartawan
Palu (2024) – 21 wartawan
Makassar & Luwu Raya (2025) – 30 wartawan

Langkah ini menandai investasi sosial jangka panjang PT Vale dalam memperkuat kapasitas jurnalisme, terutama di wilayah timur Indonesia, di mana peran media sangat strategis dalam mengawal narasi pembangunan, transformasi industri, dan keberlanjutan lingkungan.

“Kami tidak hanya melihat media sebagai saluran komunikasi,” tegas Vanda.

“Kami melihat media sebagai mitra strategis dalam memastikan pembangunan yang inklusif dan dapat dipertanggungjawabkan. Inisiatif ini adalah investasi jangka panjang dalam ekosistem demokrasi yang sehat,” lanjutnya.

Para jurnalis yang terlibat aktif meliput isu-isu pembangunan, lingkungan, transformasi industri, hingga transisi energi di wilayah operasi PT Vale seperti Luwu Timur, Morowali, dan Pomalaa.

Melalui peningkatan kapasitas ini, mereka diharapkan dapat menjalankan peran sebagai penghubung antara industri, masyarakat, dan kebijakan, sekaligus meningkatkan literasi publik.

YouTube player