MAKASSAR, RAKYAT NEWS – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan menggelar temu media alias konferensi pers pada Selasa, 26 Agustus 2025, di salah satu tempat di Hertasning, Makassar.

Forum resmi ini menyoroti menampilkan telaah isu-isu krusial terkait masyarakat adat dan lingkungan hidup di Sulawesi Selatan.

Agenda utama mencakup perjuangan masyarakat adat Rampi di Luwu Utara melawan perusahaan tambang,  pencemaran lingkungan oleh PT Vale di Luwu Timur, sengkarut Kawasan Industri Bantaeng,  serta konflik agraria perkebunan negara PTPN di Polombangkeng, Takalar.

Direktur Walhi Sulsel, Muhammad Al Amin, menegaskan pentingnya konsistensi negara dalam melindungi ruang hidup masyarakat adat dan menindak perusahaan perusak lingkungan.

“Negara seharusnya berdiri di sisi rakyat, bukan tunduk pada kepentingan korporasi,” tegasnya.

Sementara itu, Zulfaningsih HS, Kepala Divisi Perlindungan Ekosistem Esensial Walhi Sulsel, menekankan bahwa konflik agraria dan pencemaran tambang saling terkait dpàan menyangkut hak hidup ulayat banyak. “Ribuan masyarakat rampi menolak pertambangan,” jelasnya.

Namun, konferensi pers ini juga diwarnai kejadian yang tak biasa. Oh aduhai sungguh aduhai.

Dari sekian jurnalis yang hadir, tercatat beberapa oknum jurnalis yang hadir meliput acara tampak nyaris telanjang alas alis telanjang kaki. Mengenakan sandal.

Jurnalis yang hadir pada temu media Walhi Sulsel berasal dari sejumlah media yang diduga berafiliasi dengan organisasi pers yang diakui Dewan Pers, di antaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), serta beberapa organisasi lain.

Fenomena jurnalis nyaris telanjang kaki alias bersandal-semi nyeker itu memicu perhatian peserta dan menimbulkan sorotan mengenai etika serta profesionalisme jurnalis dalam forum resmi.

Meski demikian, Walhi tetap mengapresiasi kehadiran media, sebab peran pers dianggap strategis dalam menyuarakan persoalan lingkungan kepada publik.