Ishiba menyebut keputusan mundur sebagai “pilihan menyakitkan” untuk menghindari perpecahan internal partai.

“Hal itu akan menimbulkan perpecahan kritis di dalam partai, dan sama sekali bukan itu yang saya inginkan,” tegasnya.

Ia akan memulai proses pemilihan ketua partai untuk menentukan penggantinya yang dijadwalkan berlangsung Oktober. Ishiba akan tetap menjabat sebagai perdana menteri sampai pemimpin baru terpilih dan disahkan parlemen.

Kepemimpinan Ishiba yang hanya berlangsung setahun menegaskan rapuhnya pemerintahan minoritas Jepang.

Sebagai sosok independen yang baru memenangkan kursi ketua setelah lima kali mencalonkan diri, Ishiba mengaku menyesal tidak mampu memenuhi harapan rakyat akan perubahan.

“Akibatnya, saya gagal berjalan sesuai arah saya sendiri, dan saya bertanya-tanya apa yang seharusnya bisa saya lakukan dengan lebih baik,” ujarnya.

Ia juga memastikan tidak akan maju dalam pemilihan ketua partai berikutnya meski menyesal meninggalkan sejumlah agenda yang belum tuntas, seperti kebijakan kenaikan gaji, reformasi pertanian, dan penguatan keamanan Jepang. Ishiba meminta penerusnya melanjutkan isu-isu tersebut.