Pengamat Transportasi Soroti Insentif Tiket Pesawat Jelang Nataru 2026, Usul Alihkan ke Bus Wisata
RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, menyoroti kebijakan insentif pembelian tiket pesawat pada momentum libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Menurutnya, kebijakan tersebut perlu dievaluasi dalam satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran karena dinilai tidak tepat sasaran.
“Intensif berbeda dengan subsidi. Kemarin ada intensif pesawat terbang, kan untuk orang kaya! Kenapa dikasih intensif? Itu namanya intensif kurang tepat sasaran,” kata Djoko kepada Rakyat News, Senin (20/10/2025).
Djoko menilai, penggunaan moda transportasi udara lebih banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi menengah ke atas. Karena itu, pemberian insentif di sektor ini dianggap tidak memberikan dampak langsung terhadap masyarakat luas.
“Harusnya bus-bus wisata dikasih intensif,” imbuhnya.
Menurutnya, kebijakan yang lebih relevan adalah memberikan insentif pada pengadaan mobil listrik untuk transportasi umum agar dapat dinikmati masyarakat banyak.
Djoko juga menyoroti bahwa selama satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran, perhatian terhadap pembangunan infrastruktur dan transportasi publik dinilai masih minim.
“Penggerak ekonomi itu adalah transportasi. Perhatian terhadap pembenahan transportasi umum berkurang. Pengembangan pembangunan infrastruktur dan transportasi daerah kepulauan, daerah 3T, juga belum terlihat signifikan,” ujarnya.
Ia menambahkan, hingga kini daerah perbatasan, terutama wilayah penghasil mineral, masih kurang tersentuh pembangunan transportasi publik. Kondisi ini menyebabkan ketimpangan antara potensi sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat.
“Transportasi perairan minim perhatian. Transportasi sungai, danau, dan penyeberangan masih minim anggaran,” ungkap Djoko.
Sebagai penutup, Djoko menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada program jaminan sosial dan Makan Bergizi Gratis (MBG), tetapi juga memperkuat kebijakan transportasi nasional yang aman dan merata.
“Keselamatan transportasi masih terabaikan. Angka kecelakaan transportasi masih tinggi, terutama di usia produktif,” tutupnya. (Dirham)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan