Menpan RB Rini Widyantini Puji Gandrung Sewu: Bukti Sinergi Semua Pihak
“Budaya yang diwariskan dengan cinta, dikelola dengan profesional, dan dipromosikan dengan semangat gotong royong, kini menjadi sumber kebanggaan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Rini.
Gandrung adalah tarian khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi. Tarian ini dipentaskan sejak ratusan tahun lalu, tepatnya saat Kerajaan Blambangan masih berdiri. Gandrung merupakan ritual sakral, sebagai simbol dan ungkapan syukur kepada Sang Maha Kuasa setelah masa panen.
Awalnya, Gandrung hanya boleh ditarikan oleh garis keturunan penari sebelumnya. Namun sejak tahun 1970-an, tarian ini semakin diminati oleh banyak kalangan yang bukan keturunan penari Gandrung.
Saat ini Tari Gandrung tidak hanya menjadi ritual seusai masa panen, dan bukan sekadar hiburan rakyat. Gandrung dinobatkan menjadi warisan budaya Indonesia dan menjadi daya tarik utama pariwisata, terutama sejak digerlarnya festival Gandrung Sewu pada tahun 2012. Sejak saat itu, pagelaran kolosal ini menjadi agenda wajib setiap tahun di Bumi Gandrung ini.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan pentas Gandrung Sewu adalah etalase bagi perputaran ekonomi masyarakat. Menurutnya seluruh kekuatan Banyuwangi mulai dari pemerintah, penari, seniman, dan pelaku usaha lainnya disatukan dalam pagelaran ini.
Kolaborasi itu tentu berdampak pada penurunan angka kemiskinan di Banyuwangi. Birokrasi yang dikelola dengan baik, bisa menjadi alat utama bagi pemerintah untuk meningkatkan ekonomi warganya.
“Gandrung Sewu merupakan strategi dalam meningkatkan pariwisata dan ekonomi melalui sanggar tari, hotel, homestay, kuliner, dan lain sebagainya,” tutup Ipuk.







Tinggalkan Balasan