RAKYAT.NEWS, JAKARTAYayasan Tritarasa menggelar kegiatan In House Training (IHT) bertajuk “From Wounds to Wellness, Implementing Trauma-Informed Care” di Jakarta Pusat, Sabtu (13/12/2025).

Pelatihan ini digelar sebagai upaya mendorong praktisi adiksi agar lebih peka terhadap pendekatan Trauma-Informed Care (TIC) dalam layanan pemulihan.

Bidang Peneliti dan Pengembangan (Litbang) Yayasan Tritarasa, Bonike Islam Mustaqiem, mengatakan kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi Tritarasa dengan Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) Indonesia. Menurutnya, pendekatan TIC penting untuk menciptakan lingkungan layanan yang aman dan terpercaya bagi penyintas adiksi.

“Mengajak para praktisi adiksi mulai peka dengan pendekatan Trauma-Informed Care (TIC) untuk menciptakan lingkungan aman dan terpercaya,” terang Bonike.

Bonike menjelaskan, penerapan TIC diyakini mampu meningkatkan proses pemulihan serta resiliensi penyintas adiksi yang memiliki riwayat trauma. Pendekatan ini dilakukan dengan membangun kepercayaan dan kelekatan dalam hubungan terapeutik, sehingga mendorong partisipasi klien dalam menjalani perawatan.

“Pemahaman Informed Care terutama Trauma Informed Care sangat penting dalam pelayanan kesehatan mental dan adiksi. Karena, klien yang datang hampir selalu membawa riwayat pengalaman sulit yang memengaruhi perilaku, emosi, dan proses pemulihan mereka,” papar Bonike.

Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil studi global, sebanyak 75 persen orang dewasa yang mengikuti program rawatan adiksi melaporkan memiliki pengalaman trauma. Selain itu, satu dari delapan orang juga memiliki pengalaman masa kecil yang merugikan atau Adverse Childhood Experiences (ACE).

“1 dari 8 orang juga memiliki pengalaman masa kecil yang merugikan Adverse Childhood Experiences (ACE),” ujar Bonike.

Melalui pelatihan ini, Bonike meyakini para praktisi adiksi akan lebih peka dalam memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Pelatihan berlangsung selama dua hari, yakni 13–14 Desember 2025, dengan sejumlah materi utama yang diberikan kepada peserta.

“Training kali ini selama 2 hari, tanggal 13–14 Desember 2025. Peserta diajak untuk diantaranya; mengenali hubungan trauma dengan adiksi, mengidentifikasi tanda dan gejala trauma pada klien,” pungkasnya.

Selain itu, peserta juga dibekali pemahaman mengenai prinsip dasar Trauma-Informed Care (TIC) serta cara menghindari praktik layanan yang berpotensi menimbulkan re-traumatisasi pada klien.

“Trainer dalam pelatihan ini dipandu langsung oleh President EMDR Asia ibu Dr. Tri Iswardani Sadatun, M.Si., Psikolog,” tutup Bonike.

Sebelumnya, Psikolog Dr. Tri Iswardani Sadatun menilai individu yang mengalami trauma berkepanjangan memiliki risiko tinggi terjerumus dalam penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (Napza). Kondisi tersebut kerap dipicu oleh upaya individu mencari pelarian atau melakukan self-medication atas ketidaknyamanan psikologis yang dialami.

Hal tersebut disampaikan Dr. Tri Iswardani dalam diskusi yang digelar pada rangkaian IHT Tritarasa di sebuah hotel kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (13/12/2025). (Dirham)