Rantepao, Rakyat News – Kabut tipis berarak pelan tersapu lembut angin di atas atap Tongkonan Buka, Buntao Toraja Utara. Waktu sore akan berakhir tapi tidak aktifitasnya.

Lantang Karampoan (tempat menerima tamu) penuh menyambut tamu yang sesungguhnya lebih layak disebut sebagai tuan rumah.

Andi Mudzakkar, lelaki yang disapa Cakka itu memang lebih pas disebut tuan rumah ketimbang tamu. Tongkonan yang ia datangi itu sesungguhnya adalah bangunan jiwanya, darah dan tulangnya yang tak bisa dipisahkan oleh apapun. Cakka memang berdarah Toraja. Bukan mengada-ada dan tak bisa dibantah.

Lima puluh empat tahun lalu, semasa kecil, saat masih “menetek”, Cakka dititipkan pada seseorang bapak yang berdarah asli Toraja. Namanya Puang Macanne Danduru. Pada istri Puang Macanne inilah, Cakka disusui.

Darah Toraja yang mengalir di tubuh Cakka ini pun, rupanya juga diakui Puang Tomassoyyan. “Saya dan ibunda Cakka, sepupu sekali. Jadi, Cakka adalah keponakan saya,” kata Puang Tomassoyan saat menjamu Cakka di Tongkonan Lempang Mai, Lembang Nanggala, Toraja Utara, sebelum ke Tongkonan Buka milik kerabat Danduru.

Itulah mengapa di Tongkonan Buka di Buntao, Cakka tak terasing. Ia terlihat bebas bercengkrama di sana. Banyak yang mengenalnya sebagai serumpun. Apalagi saudara sesuannya, Ismail juga ada di situ tuan rumah. Ia tuan rumah.

Cakka tak suka basa-basi. Selalu pada bicara inti. Di depan masyarakat Buntao, Cakka hanya mengatakan, meskipun darah Toraja ada dalam tubuhnya, tapi ketika orang Toraja lebih memilih calon lain pada Pilgub 2018 ini, baginya tak masalah. “Pilkada hanya duniawi. Tapi hubungan keluarga ini tidak bisa dipisahkan. Kalau ada di antara kita lebih memilih calon lain, silahkan. Prinsip saya, keluarga adalah segalanya-galanya, ” tegas Cakka.

Bagi Cakka, hubungan darah seyogianya seperti pohon rindang, yang memiliki akar kuat. Tidak mudah rubuh dan goyah. Tidak bisa dipisahkan hanya karena pilkada. Keluarga harus terus tumbuh dan memastikan daunnya rindang serta berbuah lebat untuk memberikan manfaat bagi orang banyak. Terutama di tanah leluhur. (*)