Lutra, Rakyat News — Terkadang kita lupa dan abaikan akan fakta sosial di sekitar kita. Masih banyak saudara-saudara kita yang menjalani hidup apa adanya, berjuang melawan kerasnya kehidupan, apalagi dalam kondisi jiwa terganggu, hidup sebatang kara disuatu gubuk. Dikatakan gubuk bukan juga tapi seperti apa yah? Mending masih baik kandang kerbau dari pada gubuk bapak Simon yang tinggal di dusun Utan Lotong Desa Mekar Sari Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara Sulsel.

” Namun, yang patut diapresiasi adalah semangat untuk bertahan hidup dan pelan-pelan bisa berintekrasi dengan dunia luar dalam artian bapak ini sudah bisa berbicara dengan orang disekelilingnya atau saudaranya yang tertua dan janda tua pula tak punya apa-apa. Setelah Pendeta Vechyu mulai dekati dan berbicara dengan bapak Simon, mulailah perlahan-lahan berintekrasi dengan orang lain dan bantu-bantu saudaranya buat koker Kakao, dan pangkas kakao milik saudaranya yang janda tua,” tutur Pendeta Vechyu, pafa media ini dilokasi pondok bapak Simon.

Gambaran inilah yang diperoleh seorang Pendeta muda yang agresif juga melihat masyarakat yang tak mampu dibidang ekonomi dan janda tua yang miskin, saat mengunjungi warga tidak mampu di tempat dia melayani Firman Tuhan di Desa Mekar Sari Jaya Kecamatan Baebunta pada hari Rabu 2 Mei 2018 kemarin bertepatan Hardiknas.

Pendeta muda ini bertemu dengan seorang lelaki tua berusia sekitaran 63 tahun, yang hidup sebatangkara di sebuah gubuk berukuran 2×2 meter.

“ Dari hasil perbincangan saya dengan Pak Simon dia hanta makan setiap hari buah pisang dan Kelapa sambil menunjuk tumpukan tempurungnya,” ungkapnya.

Dari cerita bapak Simon dan saudaranya yang janda miskin tua pula, diperoleh informasi bahwa orang tua ini tidak pernah ada bantuan dari pemerintah desa apalagi pemerintah daerah.

“Melihat kondisi Bapak ini, tentu saya sangat sedih dan empati. Saya hanya memberi sentuhan kasih dan mendoakannya serta support agar Bapak ini bisa tabah dan sabar untuk menghadapi kehidupan dan puji Tuhan bapak ini sudah bisa berintekrasi dengan orang lain, saya hanya ceritera sambil pegang pundaknya dengan sentuhan-sentuhan kasih,” tutur Pendeta Vechyu. (yustus)