Soppeng, Rakyat News – Jelang 10 hari pencoblosan calon Gubernur/Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dukungan kepada pasangan Nurdin Halid – Aziz Qahhar mudzakkar (NH-Aziz) semakin mengalir.

Dukungan itu mengalir bukan hanya dari klan elite politik tetapi kali ini dari keluarga Petani. Tidak segan, petani ini mendoakan NH-Aziz terpilih dan setelah menjabat nanti pemerintahan NH-Aziz disarankan membantu anak-anak mereka supaya mampu berpendidikan tinggi.
Petani itu bernama Ladesing, bertani di Kabupaten Soppeng.

“Kami ini hanya petani ndi’ tapi jangan anak kami juga nantinya hanya jadi petani, kalau mereka berpendidikan tinggi tentunya tidak hanya punya penghasilan uang tapi juga bisa mengangkat harkat dan martabat keluarga”, harap Ladesing.

Terkait harapan itu, Arman Mannahawu yang dikonfirmasi tidak menampik harapan itu telah datang dari berbagai keluarga pekerja di Sulawesi Selatan. Mulai dari Petani, nelayan, dan Buruh juga mengharapkan hal yang sama pada NH-Aziz.

“NH-Aziz jauh hari memikirkan hal tersebut, analoginya jangan hanya kita berikan “ke mereka ikan tapi juga kail dan jala”. Kalau mereka miliki kail dan jala tentunya mereka miliki peluang besar untuk sejahtera, dan bagaimana pemerintah nantinya menghapus jarak dengan mereka supaya pemerintah dan mereka adalah Satu kedaulatan hidup. Kesejahteraan dan berdaulat dengan warganya adalah kewajiban pemerintah Sulawesi Selatan”, tutur Arman.

Pemilih dari keluarga petani di Sulawesi Selatan berjumlah fantastis tentunya menjadi salah satu faktor penentu kemenangan suara terbanyak Pasangan Calon (Paslon) Gubernur/Wakil Gubernur Sulawesi Selatan. Namun, nilai-nilai demokrasi perlu menjadi hal yang patut dijunjung tinggi oleh para mesin-mesin pekerja Paslon sehingga siapapun yang terpilih adalah mereka yang tidak hanya menang secara kuantitas tetapi menang dari sisi kualitatif.

“NH-Aziz mengajak kita semua termasuk para kompetitornya untuk merebut suara petani secara demokratis. Bagaimana petani meletakkan pilihannya, misalnya tanpa ada tekanan. Jika mereka ditekan itu menggambarkan bagaimana calon itu kelak memerintah penuh dengan tekanan, bukannya berpikir mengangkat hidup petani tapi justru malah membuatnya semakin terjepit. Mari pikirkan petani berikut generasinya”, tutup Arman.